MENUJU PILGUB JATENG YANG AMAN DAN DAMAI
Dalam kehidupan masyarakat Jawa, kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin dianggap sebagai pulung atau berkah yang langsung datang dari Tuhan Sang Pencipta. Hal ini terlihat dan tergambarkan dalam dunia mikro Jawa yaitu Wayang. Dimana sang dalang adalah pemegang dan pengatur segala lakon atau peristiwa yang terjadi, sementara wayang itu sendiri hanyalah obyek yang hanya tinggal manut dan nurut dengan kehendak sang dalang.
Lantas, lakon atau cerita apakah yang akan terjadi dengan akan dilaksanakannya perhelatan besar yaitu Pemilihan Gubernur dan wakil gubernur yang untuk kali pertama dilaksanakan secara langsung oleh masyarakat Jawa Tengah tersebut? Akankah peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan seperti kerusuhan antar pendukung calon gubernur seperti yang terjadi di Sulawesi Selatan maupun daerah lainnya akan terjadi juga di Jawa Tengah?
Pendewasaan Politik
Perhelatan besar masyarakat Jawa Tengah yaitu pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur tinggal beberapa hari lagi akan digelar, geliatnya pun sudah terlihat di mana-mana. Tidak hanya di wilayah perkotaan akan tetapi sudah memasuki pelosok-pelosok desa di seluruh wilayah propinsi ini. Safari politik pun sudah mulai dilaksanakan oleh para calon gubernur dan wakil gubernur yang secara sah telah ditetapkan oleh KPU Jawa Tengah sebagai calon tetap pasangan Gubernur dan Wakil gubernur, yang tentu saja semua yang dilakukan tersebut adalah untuk memperkenalkan diri mereka sebagai calon pemimpin Jawa Tengah periode 2008 -2013 kepada para pemilih yaitu rakyat Jawa Tengah.
Bagaikan penjual obat, para calon pemimpin Jawa Tengah tersebut menawarkan visi, misi dan program kerja serta janji-janji politik kepada masyarakat, yang tentu saja semuannya memiliki tujuan untuk mencari pendukung dan pemilih setia bagi mereka. Disinilah peran masyarakat tersebut dibutuhkan, walaupun masyarakat dianggap sebagai peserta biasa dalam kehidupan politik namun masyarakat memiliki hak untuk berperan aktif dalam mekanisme pemerintahan ini. Masyarakat adalah pemegang kekuasaan tertinggi, bukan hanya sebagai penonton akan tetapi lebih sebagai penentu dari setiap kepemimpinan yang akan terpilih di Jawa Tengah ini.
Peran masyarakat dalam pilgub kali ini sangat besar, selain sebagai pemilih masyarakat juga dapat menempatkan dirinya sebagai aspirator, pengontrol maupun pemberi masukan dan kritik kepada pemerintah. Dan hendaknya segala proses dalam perhelatan pilkada secara langsung tersebut dari awal sampai selesainya perhelatan tidak hanya dijadikan sebagai sarana para calon pemimpin untuk mendapatkan kursi kekuasaan akan tetapi dapat dijadikan sebagai sarana pendewasaan politik masyarakat secara luas. Sebab, pemilu merupakan salah satu sarana pendidikan politik paling mengena dalam kehidupan politik masyarakat. Politik disini menempatkan masyarakat sebagai tokoh utama sebab merekalah yang memilih dan memutuskan pilihan mereka, masa depan mereka, pemimpin mereka serta masa depan daerah mereka.
Gaya Baru
Machiavelli dalam bukunya El Principe, menyatakan bahwa untuk mendapatkan kekuasaan seseorang dapat melakukan apapun, baik dengan kemampuannya memimpin, kekayaan dan lainnya yang mana tindakan yang dilakukan tersebut dianggap sah-sah saja selama apa yang diperjuangkan tersebut dapat tercapai sesuai dengan tujuan seseorang tersebut. Tetapi apakah teori tersebut masih relevan dengan kondisi perpolitikan di Jawa tengah saat ini, termasuk di dalamnya praktek politik uang atau pengerahan massa dalam jumlah yang besar?. Dan besar sekali kemungkinan penerapan dari prinsip Machiavelli ini.
Hal menarik yang terjadi dalam dinamika politik saat ini adalah adanya fenomena baru dalam setiap perhelatan pilkada. Isu-isu tentang kesejahteraan, isu-isu peran pemuda dan lainnya sering dijadikan sebagai komoditas untuk melakukan kampanye. Apa yang terjadi pada dinamika politik saat ini adalah sebuah gaya baru dalam perpolitikan nasional. Partai-partai politik banyak yang mengincar kalangan pemilih muda sebagai basis pendukungnya, hal tersebut juga berimbas dalam pemilihan pemimpin daerah di berbagai daerah di Indonesia. Sudah banyak dibuktikan di beberapa daerah pemilihan di Indonesia, golongan muda ini mulai menunjukkan taringnya dalam kancah perpolitikan daerah maupun nasional. Lantas bagaimana dengan Jawa Tengah nanti? Apakah sama dengan daerah-daerah lain tersebut, atau masih muncul paradigma lama? Kita tunggu saja hasilnya.
Pemimpin Baru
Dalam prakteknya politik memiliki suatu etika. Meminjam kata Frans Magnis Suseno, bahwa etika politik menuntut agar kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku (legalitas), disahkan secara demokratis (legitimasi demokrasi) dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar moral (legitimasi moral). Ketiga tuntutan ini dapat disebut legitimasi normatif atau etis karena berdasarkan keyakinan bahwa kekuasaan hanya secara etis apabila sesuai dengan tiga tuntutan tersebut.
Menurut pendapat tersebut, ada kesepahaman dalam pemilihan gubernur secara langsung Jawa Tengah kali ini, dimana semua calon gubernur yang akan maju dalam perhelatan ini telah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan oleh KPU dan akan disahkan secara demokratis melalui prosesi pemilihan gubernur yang dipilih secara langsung oleh rakyat serta calon-calon yang maju pun memiliki kapabilitas dan kredibilitas yang bisa dibilang cukup tinggi.
Meskipun ada isu-isu tentang skandal yang dilakukan oleh salah satu calon gubernur, namun sampai saat ini belum terlihat adanya praktek-praktek KKN maupun skandal lain yang memungkinkan nama-nama calon pemimpin Jawa Tengah tersebut tercoreng namanya serta bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar moral dan bisa dijadikan sebagai panutan masyarakat yang akan dipimpinnya. Melihat kondisi ini, maka mau tidak mau apapun hasilnya nanti, siapa pun yang terpilih masyarakat harus siap dan mau menerima pemimpin baru tersebut.
Yang jelas, gubernur yang akan terpilih nantinya adalah seorang pemimpin yang benar-benar memiliki keinginan dan kemampuan untuk membangun Jawa Tengah menuju kemajuan yang lebih nyata. Gubernur Jawa Tengah adalah orang yang mengetahui secara komprehensif integral mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat Jawa Tengah serta mampu memanfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Mengetahui apa yang akan menjadi resiko dari segala kebijakan yang diambilnya dan mampu mempertanggungjawabkan segala kebijakannya tersebut di akhir masa kepemimpinannya.
Selanjutnya, apa yang dapat dilakukan oleh masyarakat? Tentu saja apabila nanti sudah terpilih seorang putra daerah yang akan memimpin daerah ini maka seluruh masyarakat Jateng harus mau mendukung segala kebijakan yang diambil oleh sang pemimpin tersebut dengan catatatan pemimpin tersebut tidak menyimpang dari norma-norma yang berlaku di masyarakat umum.
Tidak perlu lagi ada pertentangan pendapat antara siapa yang mendukung maupun yang tidak mendukungnya pada masa pemilu, namun hendaknya masyarakat dapat guyub rukun membangun Jawa Tengah bersama-sama dengan pemimpin baru mereka. Keberhasilan pembangunan tidak hanya karena alasam bagusnya sebuah pemerintahan namun keberhasilan pembangunan adalah adanya sinkronisasi antara pemimpin dengan masyarakat yang dipimpinnya.