AUFKLARUNG FOR ALL
Silahkan ketik berita yang anda inginkan di kolom ini.

Selamat Datang di Aufklarung For All "Pencerahan Untuk Semua".

Informasi yang ada dalam blog ini semata-mata sebagai bentuk penyampaian uneg-uneg dan aspirasi. Semoga bisa menambah pengetahuan kita dan memberikan inspirasi kepada siapa pun yang membaca blog ini. Tulisan tidak akan lekang oleh waktu, satu goresan pena akan mampu merubah dunia bila kita menyadarinya. Semoga bermanfaat!

Selasa, 26 Agustus 2008

Paham-Paham Di Dunia

Tulisan di bawah ini disadur dari berbagai sumber, adapun perdebatan dan pertentangan tentang pendapat harap menjadikan maklum.

Nasionalisme
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.

Para nasionalis menganggap negara adalah
Klik Untuk Baca Selengkapnya

Selasa, 19 Agustus 2008

Dirgahayu RI Ke-63


63 tahun yang lalu dengan peluh keringat, darah dan air mata bangsa dan negara ini diproklamirkan. Tanpa tujuan apapun para pejuang bangsa mengorbankan jiwa dan raga mereka. Hanya satu tujuan mereka, yaitu Indonesia merdeka.
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghormati dan menghargai jasa para pahlawannya," begitulah yang diucapkan Bung Karno sang proklamator RI. Namun, seiring berjalannya waktu perjalanan bangsa inisepertinya mengalami titik balik yang nyata. Bagaimana tidak, para pemimpin bangsa yang dahulu kala berjuang sepenuh tenaga untuk bangsa dan tanah air tercinta kini berubah dan digantikan menjadi para pemimpin bangsa yang
Klik Untuk Baca Selengkapnya

Berharap kepada KTSP

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia selalu mengalami pasang surut. Bila dulu banyak negara tetangga berlomba mengirimkan warga untuk belajar di Indonesia, kini sebaliknya, pendidikan Indonesia tertinggal jauh dari mereka.
Sementara negara lain berpacu meningkatkan teknologi dalam pendidikan, negara kita masih terseok-seok menentukan kurikulum apa yang tepat. Mungkin sudah menjadi tradisi para pemimpin negeri ini untuk menancapkan monumen kepemimpinan mereka, melalui kebijakannya, termasuk dalam bidang pendidikan. Sehingga tak heran, setiap ganti menteri, ganti kebijakan.

Entah sudah berapa kali kurikulum pendidikan di negeri ini berganti, menyebabkan buku kakak tak lagi dimanfaatkan adiknya. Belum selesai kurikulum A, sudah diganti dengan kurikulum B, belum selesai dilaksanakan kurikulum B sudah berganti lagi dengan kurikulum C. Yang terakhir, kurikulum baru yang dinamakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) untuk mengganti sistem KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang diterapkan sebelumnya.

Apa sih KTSP itu? KTSP adalah sebuah kurikulum yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas No. 19 tahun 2007, yang memungkinkan sekolah menentukan sendiri kurikulum yang diajarkan kepada para siswa. Meski dibebaskan, namun kompetensi siswa telah dirumuskan dalam KBK. Dengan kebebasan ini, seorang guru diharapkan bisa memiliki inovasi dan daya kreatifitas yang tinggi untuk menyampaikan materi kepada peserta didiknya dengan baik. Penentuan kurikulum ini bisa berbeda antar satu sekolah dengan lainnya, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan para siswa.

Kurikulum baru ini belum teruji kualitas dan efektivitasnya. Banyak pula guru yang masih gagap untuk menyusun bahan ajar sendiri untuk memenuhi kompetensi yang diharapkan. Ya, semua memang butuh waktu. Kita berharap banyak pada kurikulum baru ini, agar tak semakin tertinggal dari negara lain. Klik Untuk Baca Selengkapnya

Hukuman Mati Sebagai Shock Terapi


Berturut-turut, tiga kali eksekusi mati dilaksanakan di Indonesia sejak awal tahun ini. Daftar ini mungkin masih akan bertambah panjang. Pernahkah kita membayangkan keluarga Anda dihilangkan nyawanya oleh seseorang dengan cara sadis? Atau sebaliknya, kita lah sang penjahat sadis yang menunggu hukuman mati?

Isu hukuman mati selalu menjadi debat yang kontroversial. Pro dan kontra penerapan hukuman mati selalu bertarung di tingkatan masyarakat, maupun para pengambil kebijakan. Kontroversi hukuman mati juga eksis baik itu di panggung internasional maupun nasional.

Beberapa hari terakhir kita menyaksikan sebuah fenomena yang sangat menggemparkan, eksekusi hukuman mati Rio Martil di Purwokerto. Warga masyarakat berduyun-duyun ke pinggir jalan sekedar untuk melihat Rio sang pembunuh bersenjata martil yang akan dieksekusi. Ada yang mengatakan kasihan, ada yang mengatakan memang hukuman tersebut sudah sepantasnya diberikan kepada Rio mengingat kejahatannya yang telah menghilangkan 5 nyawa dengan menggunakan martil kesukaannya.

Sebelumnya, juga dilakukan eksekusi terhadap Sumiarsih dan Sugeng yang juga karena kesalahannya yang dianggap sudah tidak manusiawi, diberlakukanlah eksekusi tersebut. Benarkah hukuman mati tersebut sebagai terap kejut bagi masyarakat?

Kontroversi
Di Indonesia kontroversi hukuman mati memanas ketika eksekusi Tibo Cs dilakukan dan rencana eksekusi terhadap Amrozi Cs.

Di tengah kecenderungan global akan moratorium hukuman mati, di Indonesia justru praktik ini semakin lazim diterapkan. Data dari Kontras menyebutkan, paling tidak selama empat tahun berturut-turut telah dilaksanakan eksekusi mati terhadap 9 orang narapidana. Momentum pembukanya terjadi pada tahun 2004. Pada tahun 2004 terdapat 3 terpidana mati yang sudah dieksekusi, yaitu: Ayodya Prasad Chaubey (warga India, 65 tahun), dieksekusi di Sumatra Utara pada tanggal 5 Agustus 2004 untuk kasus narkoba, Saelow Prasad (India, 62 tahun) di untuk kasus yang sama Sumatra Utara pada tanggal 1 Oktober 2004, dan Namsong Sirilak (Thailand, 32 tahun) di Sumatra Utara pada tanggal 1 Oktober 2004 untuk kasus narkoba.

Sementara itu pada tanggal 20 Maret 2005 pukul 01.15 WIB dini hari di suatu tempat rahasia di Jawa Timur, Astini (perempuan berusia 50 tahun) –terpidana hukuman mati karena kasus pembunuhan- dieksekusi dalam posisi duduk oleh 12 anggota regu tembak -6 di antaranya diisi peluru tajam- Brimob Polda Jatim dari jarak 5 meter. Eksekusi ini mengakhiri masa penantian Astini yang sia-sia setelah seluruh proses hukum untuk membatalkan hukuman mati telah tertutup ketika Presiden Megawati menolak memberikan grasi pada tanggal 9 Juli 2004.

Astini merupakan orang pertama yang dieksekusi di Indonesia pada tahun 2005. Orang kedua adalah Turmudi bin Kasturi, 32 tahun, di Jambi pada tanggal 13 Mei 2005. Turmudi dihukum mati karena melakukan pembunuhan terhadap 4 orang sekaligus di Jambi pada tanggal 12 Maret 1997. Sama dengan Astini, Turmudi mengakhiri hidupnya di hadapan 12 personel Brimob Polda Jambi.

Praktik eksekusi mati terjadi lagi di tahun 2006, dan kali ini efeknya jauh lebih buruk. Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu dieksekusi di Palu, Sulawesi Tengah. Mereka divonis sebagai dalang utama kerusuhan horisontal yang terjadi di Poso 1998-2000.

Kasus ini sangat kontroversial mengingat proses peradilan terhadap mereka yang bertentangan dengan prinsip fair trial. Eksekusi mereka bisa menutup pintu masuk 16 tersangka lain yang mungkin ‘lebih dalang’ dari mereka. Reaksi publik yang begitu intens (baik itu yang pro maupun kontra), hingga hasil pascaeksekusi yang juga penuh dengan aksi kekerasan. Di tahun 2007 ini juga masih terjadi eksekusi mati terhadap terpidana Ayub Bulubili di Kalimantan Tengah.

Praktik eksekusi di atas menegaskan bahwa Indonesia masih bersikap teguh untuk mempertahankan kebijakan hukuman mati. Sementara itu daftar terpidana mati yang terancam dieksekusi masih cukup panjang. Lantas siapa lagi yang akan menunggu giliran untuk mendapatkan ganjaran setimpal ini?

Terlepas dari melanggar HAM atau tidak, namun negara memiliki hak untuk melakukan pemaksaan kepada masyarakatnya agar negara menjadi aman, tertib dan damai. Yang penting bagi kita semua adalah, marilah menjadi warga negara yang baik, menjadi warga negara yang memiliki rasa tenggang rasa yang tinggi dan senantiasa waspada di manapun kita berada sebab kejahatan tidak terjadi karena niat namun biasanya karena kesempatan. Maka dari itu, waspadalah.... Klik Untuk Baca Selengkapnya

Ryan Sang Jagal


Siapa yang tidak kenal Ryan, jagal muda dari Jombang yang memiliki banyak 'kelebihan'. Ya, kelebihannya terletak pada kelihaiannya memperdayai para korban, hingga berlangsung lama dan berulang belasan kali.
Bila saja kasus mutilasi mayat dalam koper di Ragunan tidak terungkap, barangkali hingga kini Ryan masih bebas melenggang mencari korban-korban baru. Daftar sebelas korban tewas yang telah ditemukan jasadnya oleh polisi ini mungkin akan semakin bertambah panjang.

Tak ada yang menyangka, Very Idam Heryansyah, seorang pemuda lemah lembut dari sebuah kampung kecil di Jombang ini adalah seorang pembunuh. Dilihat dari postur tubuhnya, Ryan tidak tampak seperti sosok penjahat yang biasa digambarkan dalam film-film. Ryan tampak seperti orang normal kebanyakan. Tapi menurut keterangan orang-orang terdekatnya, Ryan memang cukup sensitif dan cenderung senang menggunakna kekerasan untuk mencapai keinginannya.

Benarkah Ryan seorang psikopat? atau ada hal lain yang menyebabkan dia melakukan kejahatan tersebut, seperti motif ekonomi atau lainnya?

Psikopat, berasal dari kata psycho pathology. Psycho berarti jiwa, pathology berarti penyakit. Sayangnya, tidak ada yang bisa tahu persis penyakit jiwa, karena tidak terlihat seperti penyakit fisik pada umumnya. Kelembutan tutur kata dan gantengnya wajah bukan ukuran sehat atau tidak. Jadi mulai sekarang, kita harus waspada terhadap siapa pun yang orang yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal. Sebab, siapa tahu selain Ryan Jombang yang satu ini tentu masih banyak Ryan-Ryan yang lain di sekitar kita.

Polisi terlambat
Kita sekarang bisa bernafas lega, sebab pihak kepolisian telah berhasil menangkap orang super bengis tersebut. Bayangkan bila polisi tidak segera mengetahui tindakan sadistis ini? mungkin saya, anda atau saudara kita yang akan menjadi korban selanjutnya.

Namun, keberhasilan polisi dalam mengungkap kejahatan rapi tersebut harus dihadapkan pada pertanyaan, mengapa setelah sekian banyak korban berjatuhan polisi baru mengetahui semua kejahatan Ryan. Mengapa tidak ada penyelidikan yang mendalam ketika ada laporan masyarakat tentang keluarganya yang hilang sejak akhir tahun lalu?

Dari kasus tersebut, kita memang patut memberikan acungan jempol atas kinerja kepolisian namun kita juga harus lebih menekankan tugas kepada polisi untuk benar-benar menjaga keamanan dan ketentraman masyarakat. Kondisi bangsa yang morat-marit seperti sekarang ini memang akan menyebabkan setiap individu yang memang individualis, memikirkan diri sendiri sehingga kewaspadaan dari diri kita masing-masing dan peningkatan kinerja kepolisian dalam menghalangi dan memberantas kejahatan perlu ditingkatkan. Klik Untuk Baca Selengkapnya

Bersama Kita Bisa Apa?


Bersama Kita Bisa Apa?









Belum selesai penderitaan masyarakat sebagai akibat kenaikan BBM, muncul masalah lagi; kelangkaan gas elpiji dan pemadaman listrik secara bergilir di seluruh Indonesia akibat pasokan batubara ke perusahaan-perusahaan listrik negara tersendat.
ang jadi pertanyaan sekarang adalah ada apa sebenarnya di balik semua ini. Apakah ini hanya sebuah skenario baru pemerintah untuk menaikkan kembali harga BBM, ataukah ada skenario lain di balik semua ini?

Masyarakat pantas bertanya, sebenarnya pemerintah mampu atau tidak membawa bangsa ini menuju ke arah kemakmuran secara merata, bukan hanya segelintir orang saja yang boleh menikmati kekayaan negeri ini.

Masa pemerintahan SBY-JK memang tinggal hitungan bulan, akan tetapi bukan berarti kita tidak berhak menagih janji-janji yang mereka berikan ketika kampanye pilpres. Mampu tidaknya SBY-JK merealisasikan janji itu akan sangat mempengaruhi kredibilitas mereka, apakah layak dipilih kembali dalam pilpres 2009 mendatang.

Budaya Baru
Kondisi negeri ini sepertinya memang terus mengalami dinamika. Namun, apapun yang terjadi di negeri ini sepertinya tidak akan mempengaruhi kondisi bangsa ini. Partisipasi masyarakat dalam pemerintahan seprtinya sudah tidak lagi dianggap seperti yang terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru. Bahkan, banyaknya demonstrasi yang terjadi sekarang sudah dijadikan sebuah hal yang dianggap biasa dan dianggap sebagai sebuah budaya yaitu budaya demonstrasi.

Lantas bagaimana kita sebagai masyarakat umum menempatkan diri kita pada saat ini? Apakah kita hanya akan tinggal diam dan menjalani kehidupan seperti biasanya, ataukah kita akan kembali turun ke jalan bersama-sama menuntut pemerintah untuk menyejahterakan kita?

Memang semboyan presiden SBY bahwa "Bersama Kita Bisa" memang benar, tetapi perlu kita pertanyakan lebih lanjut, "bersama kita bisa, bisa apa? Klik Untuk Baca Selengkapnya

Beasiswa Pascasarjana

http://www.beasiswapascasarjana.com/2012/03/beasiswa-s2-guru-kepsek-dan-pengawas.html

Kemdikbud

Informasi tentang pendidikan, seputar Beasiswa dan perkembangan pendidikan di Indonesia

Detik.com

Apa Anda Termasuk orang yang cerdas?

Bila anda merasa sebagai bagian orang-orang yang cerdas, apa yang akan anda lakukan dengan kecerdasan anda tersebut?
Apakah akan anda gunakan kecerdasan anda tersebut untuk kebaikan umat manusia, atau hanya untuk anda sendiri atau malah untuk mencelakai manusia lainnya?
Silahkan kirimkan koment anda! Pro ataupun kontra, akan kami tampung sebagaimana kami menghargai kecerdasan sebagai sebuah misteri yang akan selalu ada di dunia ini.

Post Populer

About This Blog

Blog ini dibuat dengan kesengajaan, memang di rekayasa sedemikian rupa dengan tujuan membuat para pembaca tertarik, ikut memberikan sumbangan pemikiran demi kemajuan bersama.
Segala macam isi yang ada dalam tiap halaman blog ini diluar tanggungjawab admin.
Author menerima kritik dan masukan demi perbaikan blog ini.
Selamat berselancar

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP