80 Tahun Sumpah Pemuda; Sebuah Tantangan Masa
Masihkah dari kita memiliki jiwa-jiwa nasionalisme seperti jiwa-jiwa nasionalisme tahun 1928, di mana para pemuda dengan tegas menyatakan satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yaitu Indonesia.
Sumpah tersebut tidak hanya sekadar ikrar semata, namun sebuah tindakan maha hebat yang penuh risiko, sebab pada saat itu kita masih dalam cengkeraman penajajahan Belanda. Sumpah itu memang pada akhirnya melahirkan perjuangan yang tidak berkesudahan hingga kemudian Indonesia mencapai kemerdekaannya. Ya, berkat sumpah pemuda tahun 1928, kita, dari Sabang sampai Merauke, akhirnya
menjadi satu bangsa yang besar.
Namun, alangkah sedihnya apabila saat ini kita tengok di sekeliling kita. Jiwa-jiwa tahun 1928 tersebut seakan-akan sirna. Sebab tidak sedikit dari pemuda-pemuda Indonesia saat ini yang begitu cuek dengan keadaan sekelilingnya, apalagi kehidupan bangsanya. Kebanyakan mereka mengatakan "buat apa sih saat ini kita repot-repot kan jaman sudah berubah!"
Benarkah jaman sudah berubah? atau memang diri kitalah yang telah berubah? Berubah dari yang awalnya sederhana, penuh semangat hidup, berjiwa pembangunan yang kemudian berubah menjadi jiwa-jiwa yang lemah, jiwa-jiwa yang cuek dengan keadaan, jiwa-jiwa hedonisme dan sebagainya. Inikah jiwa-jiwa penerus bangsa? lantas semangat sumpah pemuda 1928 akan hanya menjadi sebuah sejarah ataukah akan tetap menjadi cita-cita yang memang harus terus dipertahankan?
Kontinuitas VS Diskontinuitas
Memang tidak semua pemuda Indonesia memiliki jiwa yang lemah namun menilik keadaan yang banyak terjadi pada saat ini sangat ditakutkan sekali jiwa-jiwa semangat 1928 hilang dari diri para pemuda Indonesia. Dan hal yang paling menakutkan adalah para pemuda akan kehilangan jiwa-jiwa nasionalisme yang berarti hilangnya kecintaan kepada bangsa dan negara.
Lantas apa yang harus dilakukan pemuda sekarang, untuk membuktikan bahwa dalam diri mereka masih tersimpan jiwa-jiwa semangat Sumpah Pemuda 1928. Apakah kita harus mengadakan Ikrar Sumpah Pemuda versi ketiga? Cukupkah kita sebagai pemuda hanya dengan mengikrarkan Sumpah Pemuda pada ritual upacara peringatan Sumpah Pemuda? atau bagaimana seharusnya agar jiwa-jiwa Sumpah pemuda tersebut tetap melekat dalam setiap dada pemuda Indonesia.
Jawaban yang pasti ada dalam diri kita masing-masing pemuda. Apa yang dapat kita berikan pada negara tercinta ini tentu sangat berbeda dengan masa 1928-an. Bila pada masa itu para pemuda selain berikrar setia untuk bangsa Indonesia mereka juga mempertaruhkan nyawa dan raga untuk meraih kemerdekaan sesuai dengan apa yang mereka cita-citakan.
Saat ini yang dapat kita berikan kepada bangsa ini adalah prestasi-prestasi membanggakan untuk semua rakyat Indonesia. Sedikitpun apa yang kita berikan kepada bangsa bukan menjadi sebuah ukuran, namun makna di dalam pemberian tersebut. Saat ini juga sudah banyak contoh yang membanggakan bagi bangsa ini dan khususnya untuk para pemuda Indonesia seluruhnya. Para pembela tanah air dalam kancah-kancah internasional seperti perlombaan olahraga dunia maupun lomba Olimpiade dunia dan sebagainya.
Semoga kita sebagai pemuda Indonesia sampai detik ini masih merasakan kebahagiaan hidup di Indonesia, masih memiliki jiwa-jiwa nasionalisme, jiwa-jiwa cinta tanah air. Siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan para pahlawan bangsa kalau bukan kita pamuda masa kini. Seraya kita mengepalkan tangan mari kita bersama-sama pekikkan HIDUP PEMUDA!!!
(Telah terbit di Kolom Suara Warga Suara Merdeka Cybernews)
0 comments:
Posting Komentar