Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
1) Kerajaan Perlak
Hasil
seminar Sejarah Islam di Medan pada tahun 1963, telah menyimpulkan bahwa
kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Perlak (A. Hasjmy, 1989).
Hal ini didukung oleh ditemukannya bukti-bukti sejarah berupa tiga naskah Tua
berbahasa Melayu yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan ini. Selain tiga
naskah kuno tersebut, juga ditemukan bukti yang mendukung keberadaan Kerajaan
Perlak ini yaitu Mata uang Perlak, stempel kerajaan dan makam-makam raja Benoa.
Kerajaan
Perlak didirikan pada tahun 840 M, dengan nama raja pertamanya adalah Sultan
Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah yang semula bernama Saiyid Abdul Aziz.
Sultan pertama ini berkuasa di Perlak antara tahun 840-964 M. Dalam
perkembangannya kerajaan Perlak mengalami pasang surut dalam kehidupan politiknya.
Kerajaan ini berakhir pada masa pemerintahan Sultan Makdhum Alaidin Malik Abdul
Aziz Syah Johan ( masa pemerintahan antara tahun 1263-1292 M). Kerajaan ini
akhirnya dikuasai oleh kerajaan Samodra Pasai yang pada saat itu dipimpin oleh
Sultan Muhammad Malikul Dhahir.
2) Kerajaan Samodra Pasai
Kerajaan
Samudra pasai terletak di Pantai Timur Sumatra, sekitar Sungai Jambu Air dan
Sungai Pasai, daerah Lhokseumawe.Pada awalnya, Kerajaan Samudra Pasai terdiri
atas 2 Daerah, yaitu Samudra dan Pasai. Kedua daerah itu telah lama menjadi
persinggahan dan bermukim para saudagar dari Arab, Persia, dan India. Sesudah
kekuasaan Islam muncul, kedua daerah ini disatukan menjadi Kerajaan Samudra
Pasai. Karena Samodra Pasai adalah daerah yang pertama dikunjungi oleh pedagang
Islam baik dari Asia Barat maupun Gujarat dan dianggap Islam masuk pertama kali
melalui daerah ini maka daerah ini (Aceh) dikemudian hari disebut sebagai
Serambi Mekah.
Raja
pertama kerajaan Samodra Pasai adalah Sultan Malik Al Saleh. Sebelum masuk
Islam ia bernama Marah Silu. Marah Silu di Islamkan oleh Syach Ismail yang
merupakan utuasan Syarif dari Mekah. Setelah menjadi raja Ia memperistri putri
dari Kerajaan Perlak yang bernama Putri Gangang Sari yang dikemudian hari
memiliki putra bernama Sultan Malikul Dhahir. Sultan Malik Al Saleh meletakkan
dasar-dasar Islam, ia juga berusaha mengembangkan kerajaannya dengan memperluas
perdagangan dan membuka Bandar-bandar perdagangan yang menghubungkan
jalur-jalur perdagangan strategis saat itu.
Ketika
Sultan Malik Al Saleh wafat ia digantikan oleh Putranya yang bernama Sultan
Muhammad Malikul Dhahir yang bergelar Sultan Malik Al Tahir (1297-1326 M). ia
berusaha meneruskan usaha-usaha yang dilakukan oleh ayahnya dan menjadikan
kerajaan Samodra Pasai berkembang lebih maju lagi. Pada masa kekuasaannya
kerajaan Perlak disatukan dengan kerajaan Samodra Pasai.
Sepeninggal
Sultan Malik Al Tahir, ia digantikan oleh anaknya yang bernama raja Ahmad yang
bergelar Sultan Malik Al Tahir II (1326-1348 M). diberitakan oleh Ibn Batutah,
bahwa Sultan Malik Al Tahir II sangat memegang teguh ajaran Islam dan aktif
menyebarkannya ke negeri-negeri disekitar Samodra Pasai. Dengan demikian menjadikan
kerajaan Samodra pasai menjadi pusat penyebaran Islam. Dari kerajaan-kerajaan
inilah kader-kader Islam yang siap untuk mengembangkan Islam ke berbagai
daerah. Salah satu kader itu adalah Fatahilah yang dikemudian hari menjadi
Panglima di Kerajaan Demak.
Kerajaan
Samodra Pasai dalam perjalanannya masih diketahui hingga datangnya tentara
Portugis pada tahun 1522 dan menguasainya, namun tidak terdapat bukti tentang
nama-nama raja selanjutnya. Sejak saat itu keberadaan kerajaan ini seperti
hilang ditelan bumi.
3) Kerajaan Malaka
Hubungan
perdagangan antara Samodra Pasai dengan Malaka yang semakin ramai telah membawa
pengaruh Islam di Malaka. Perkembangan selanjutnya di wilayah Malaka muncullah
masyarakat Islam di sana. Pada abad ke-14, Malaka menjadi Bandar paling penting
di Asia Tenggara. Dalam perkembangan selanjutnya masyarakat Islam semakin
banyak sehingga muncul sebagai kerajaan Malaka.
Kerajaan
Malaka didirikan oleh Parameswara. Ia adalah keturunan dari bangsawan Majapahit
yang menikah dengan saudara perempuan dari istri raja Malikul Saleh di Samodra
Pasai yaitu Putri Ratna Kumala yang berasal dari Kerajaan Perlak. Parameswara
tampil sebagai raja pertama kerajaan Malaka dengan gelar Sultan ISkandar Syah.
Ia memerintah kerajaan Malaka antara tahun 1296-1414 M. di bawah pemerintahan
Iskandar Syah, kerajaan Malaka mengalami perkembangan yang pesat. Pada masa ini
Malaka menjadi pusat perdagangan dan perkembangan Islam di Asia Tenggara.
Penguasa
kerajaan Malaka sepeninggal Iskandar Syah secara berurutan yaitu Sultan
Muhammad Syah digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Mudhafar Syah dan
diteruskan oleh putranya yang bernama Sultar Mansyur Syah. Pada masa
pemerintahan Sultan Mansyur Syah, muncul nama tokoh terkenal bernama Laksamana
Hang Tuah. Tokoh ini sangat terkenal dalam usahanya menyebarkan agama Islam di
daerah Semenanjung Malaka dan sekitarnya. Daerah kekuasaan Malaka meliputi
daerah seluruh semenanjung Malaka, Sumatera Tengah, Siak, Indragiri, daerrah
Kampar dan kepulauan Riau.
Tahun
1511 Malaka diserang dan diduduki oleh pasukan Portugis. Penyerangan ini
dipimpin oleh raja Muda dari Portugis yang bernama d’Albuquerque. Karena
pemerintahan baru ini sangat anti dengan Islam maka para pedagang Islam banyak
yang menyingkir dan menyebar ke daerah lain seperti Jawa, Sumatra dan
Kalimantan bahkan sampai ke Filiphina.
4) Kerajaan Aceh
Kerajaan
Aceh berdiri pada abad ke-16. Kerajaan ini terletak di tepi Selat Malaka. Pusat
Kerajaan Aceh terdapat di Kutaraja (Banda Aceh sekarang). Kerajaan Aceh
mengalami perkembangan pesat, hal ini didorong oleh letak Aceh yang sangat
strategis ditinjau dari segi pelayaran. Selain itu, jatuhnya Malaka ketangan
Portugis (1511) dan dikemudian hari Samodra Pasai (1522), menjadikan Aceh
semakin ramai dikunjungi oleh para pedagang Islam. Aceh menjadi kerajaan yang
semakin kaya dan besar pengaruhnya dalam penyebaran Agama Islam.
Pendiri
dari kerajaan Aceh adalah Sultan Ibrahim, yang mana pada awalnya Aceh berada di
bawah kekuasaan kerajaan Pedir. Untuk memperkuat kerajaannya sekaligus
menandingi keberadaan Portugis, Sultan Ibrahim membentuk angkatan Perang yang
kuat. Yang menarik adalah anggota tentara yang dibangunnya tidak hanya dari
rakyat Aceh saja tetapi banyak yang berasal dari Arab dan Turki. Selain itu
Aceh juga membangun persahabatan dengan kesultanan Turki (Turki Utsmani).
Aceh
mencapai jaman keemasan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang
memerintah tahun (1607-1636 M). ia adalah orang yang cakap dan pemeluk Islam
yang taat. Wilayah kekuasaannya meliputi
Semenanjung Malaya, seperti Johor, Kedah, Pahang (Malaysia), Peralak, Pulau
Bintan dan Nias.
Iskandar
Muda bersikap anti penjajah, oleh karena itu ia bercita-cita mengusir Portugis
dari Malaka. Iskandar Muda melakukan beberapa kali penyerangan kepada Portugis
di Malaka, salah satunya pada tahun 1629 ia melakukan penyerangan besar-besaran
ke Malaka. Namun, karena persenjataan yang tidak seimbang penyerangan tersebut
gagal. Sebagai balasan tentara Portugis juga beberapa kali melakukan
penyerangan ke kerajaan Aceh namun usaha tersebut juga sama-sama mengalam
kegagalan.
Sepeninggal
Iskandar Muda, ia digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Iskandar Tani
(1936-1941). Namun karena raja ini lemah, akhirnya keajaan Aceh dikuasi oleh
tentara Belanda yang sebelumnya telah mengusir Portugis dari Malaka.
5) Kerajaan Demak
Pada
abad ke-16 muncul kerajaan Islam pertama di pulau Jawa, yaitu Kerajaan Demak.
Semula Demak merupakan salah satu wilayah yang berada di bawah kekuasaan
Majapahit, yang bernama daerah Glagah atau Bintoro. Ketika Majapahit runtuh
akibat perang saudara pada tahun 1478, pusat kerajaan Hindu berpindah ke Kuling
dan akhirnya ke Daha (Kediri). Runtuhnya Majapahit membawa Demak untuk
berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan.
Penguasa
pertama kerajaan Demak adalah Raden Patah (1500-1518). Nama kecilnya adalah
Pangeran Jimbun. Ia adalah keturunan dari raja Majapahit Brawijaya V dari
pernikahannya dengan seorang putri dari Campa. Raden Patan menyatakan berpisah
dari kerajaan Majapahit dengan dibantu oleh para ulama yang tergabung dalam
Dewan Walisongo. Gelar Raden Patah ketika dinobatkan menjadi Sultan adalah
Sultan Alam Akbar Al Fatah. Kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan Islam pertama
di Jawa. Di bawah kepemimpinannya Demak menjadi pusat penyebaran Agama Islam di
Jawa. Untuk melengkapi sebagai pusat penyebaran Islam didirikanlah masjid Islam
Demak yang sampai sekarang masih kokok berdiri.
Kekuasaan
kerajaan Demak meliputi Semarang, Tegal, Jepara dan sekitarnya. Pengaruh di
luar Jawa sampai di daerah Palembang, Jambi dan sebagian Sumatera, selain itu
beberapa wilayah di Kalimantan juga menjadi bagian dari kerajaan ini.
Perkembangan
kerajaan Demak tidak lepas dari keberadaan Kerajaan Malaka yang diduduki oleh
Portugis pada tahun 1511. Karena dikuasai oleh Portugis, maka para pedagang
Islam banyak yang mengalihkan perdagangan ke daerah lain salah satunya adalah
Jawa yang tidak lain adalah Bandar-bandar yang dimiliki oleh kerajaan Demak.
Karena
keberadaan Portugis dianggap sebagai salah satu ancaman bagi kelangusngan
kerajaan Demak, pada Tahun 1513 kerajaan Demak menyerang Portugis di Malaka
dibawah kepemimpinan Adipati Unus yang merupakan anak pertama dari Raden Patah.
Namun penyerangan tersebut mengalami kegagalan.
Setelah
Raden Patah wafat pada tahun 1518, ia digantikan oleh putranya yaitu Pati Unus
(1518-1521). Walau ia memerintah tidak begitu lama, namun ia dikenal sebagai
panglima yang gagah berani. Ia memiliki cita-cita untuk membendung pengaruh
Portugis jangan sampai ke tanah Jawa.
Ketika
Pati Unus Wafat pada tahun 1521, ia tidak memiliki putra. Kemudian digantikan
oleh adiknya yang bernama Raden Trenggono. Raden Trenggono tampil sebagai raja
yang bijaksana. Pada masa kekuasaanya, kerajaan Demak mengalami masa kejayaan.
Ia memperluasa kekuasaan hingga Jawa Barat dan Jawa Timur.
Pada
waktu Portugis mulai meluaskan pengaruhnya ke Jawa Barat, dan membangun benteng
di Sunda Kelapa (Jakarta), membuat Sultan Trenggono tidak senang dan kemudian
mengirimkan tentaranya pada tahun 1522 di bawah Panglima Muda yang berasal dari
Aceh bernama Fatahillah dan berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.
Sultan TRenggono wafat ketika melakukan penyerangan ke daerah Pasuruan di Jawa
Timur pada tahun 1546. Sepeninggal Sultan Trenggono, terjadi perebutan kekusaan
di dalam keluarganya sendiri yaitu perang saudara antara pangerah Sedolepen
dengan Sunan Prawoto, yang dimenangkan oleh Sunan Prawoto. Keadaan ini
menyebabkan anak dari Pangeran Sekar Sedolepen yang bernama Arya Penangsang
tidak terima dan kemudian menyerang Sunan Prawoto, tetapi akhirnya ia dapat
dikalahkan oleh Jaka Tingkir (Adiwijaya) yang merupakan menantu dari Sultan
Trenggono.
Untuk
menghindari perang saudara, akhirnya Jaka Tingkir memindahkan pusat kekuasaanya
ke daerah Pajang di Boyolali. Mulai saat itu berakhirlah kekuasaan kerajaan
Demak di Jawa yang nantinya secara bergantian kerajaan penerus Demak antara
lain Kerajaan Pajang, kerajaan Mataran Islam Kota Gede, dan yang sampai
sekarang yang masih berdiri adalah Kasunanan Surakarta dan Kesultanan
Yogyakarta.
6) Kerajaan Pajang
Dalam
pertikaian antara Jipang di bawah Arya Penangsang dengan Pajang di bawah Jaka
Tingkir (Adiwijaya) yang memperebutkan tahta kerajaan Demak dimenangkan oleh
Adiwijaya yang tidak lain adalah menantu dari Sultan Trenggono. Dengan
kemenangan ini maka pusat pemerintahan Demak dipindahkan ke Pajang (Boyolali).
Sultan
Adiwijaya (Hadiwijaya) memerintah Pajang dari tahun 1568 hingga tahun 1582.
Pada masa pemerintahannya, Hadiwijaya banyak memberikan balas budi kepada para
pengikut setianya dalam perang melawan Arya Penangsang. Salah satunya adalah Ki
Ageng Pemanahan yang diberi tanah perdikan di daerah Kota Gede yang bernama
Alas Mentaok. Di atas tanah ini dikemudian hari lahirlah kerajaan Mataram
Islam.
Salah
satu putra Ki Ageng Pemanahan yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan
berhasil membunuh Arya Penangsang yang bernama Sutawijaya diangkat sebagai
putra angkat Hadiwijaya. Sultan Hadiwijaya memiliki putra bernama Pangeran
Benawa. Setelah Hadiwijaya wafat terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran
Benawa dengan Arya Pangiri putra dari Sunan Prawoto. Usaha ini dapat digagalkan
oleh Pangeran Benawa atas bantuan Sutawijaya. Kemudian Sutawijaya mendapat
anugerah sebagai Bupati di Mataram.
Karena
merasa tidak mampu mengendalikan pemerintahan dan mempertahankan kekuasaan,
pada akhirnya Pangeran Benawa menyerahkan kekuasaan kepada Saudara angkatnya
Sutawijaya. Akhirnya pada tahun 1586 pusat pemerintahan di pindahkan oleh
Sutawijaya ke Mataram di Kota Gede (Yogyakarta). Dari pemindahan kekuasaan
tersebut maka berakhirlah pemerintahan kerajaan Pajang.
7) Kerajaan Mataram Islam
a. Pemerintahan Panembahan Senopati (1586-1601)
Sutawijaya
naik tahta dan memerintah Mataram dari tahun 1566-1601. Ia bergelar Panembahan
Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Kerajaan Mataram Islam berpusat di
Kotagede. Masa pemerintahan Panembahan Senopati ditandai dengan perang terus
menerus, banyak daerah atau kadipaten yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan
Panembahan Senopati. Namun, usaha pemberontakan yang dilakukan oleh para bupati
dapat ditaklukkan.
Panembahan
Senopati meletakkan dasar Negara yang kuat bagi Mataram. Agama Islam berkembang
pesat di kerajaan Mataram karena pemerintahan ini masih mau mengadopsi atau
melestarikan kebudayaan lama. Pada masa ini kekuasaan para Pedagang Belanda
yang dikemudian hari mendirikan VOC (1602) di Jawa semakin kuat dan sudah mulai
masuk ke kerajaan Mataram. Pada saat Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601,
kerajaan Mataram masih menghadapi banyak pemberontakan daerah dan menyisakan
pekerjaan rumah bagi penerusnya.
b. Pemerintahan Mas Jolang (1601-1613)
Setelah
Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601 kemudian digantikan oleh putranya
yang bernama Mas Jolang. Sebagai raja Mataram Mas Jolang kemudian bergelar
Sultan Anyakrawati. Ia memerintah dari tahun 1601-1613. Pada masa
pemerintahannya banyak Bupati di daerah Jawa Timur berusaha melepaskan diri
dari kekuasaan Mataram.
Untuk
mempertahankan kekuasaannya, banyak pengikutnya yang setia harus meninggal
dalam menangani pemberontakan tersebuty. Bahkan pada tahun 1613 Sultan
Anyakrawati pun akhirnya wafat karena dengan tangannya sendiri terpaksa
menangani pemberontakan yang terjadi. Sultan Anyakrawati wafat di daerah
Krapyak (Yogyakarta) sehingga kemudian beliau lebih terkenal dengan nama
Pangeran Sedo Krapyak.
c. Pemerintahan Sultan Agung (1613-1645)
Setelah
Sultan Anyakrawati Wafat, ia digantikan oleh putranya yang bernama Mas
Rangsang. Ia lahir di Yogyakarta pada tahun 1591 dan menjadi raja pada usia 22
tahun dengan bergelar Sultan Agung Anyokrokusumo.
Sultan
Agung sangat anti terhadap orang-orang Asing di daerahnya. Pada masa itu kekuasaan
VOC sudah demikian kuatnya, ia bercita-cita mengusir VOC (Belanda) dari tanah
Jawa. Untuk melaksanakan cita-citanya berkali-kali pasukannya menyerang Batavia
untuk mengusir VOC. Namun usahanya selalu kalah karena kalah persenjataan
dengan Belanda.
Pada
masa kekuasaannya, Mataram mengalami masa keemasan, kerajaan Mataram sangat
maju hampir di segala bidang. Pertaniannya sangat maju sehingga rakyat Mataram
saat itu sangat makmur. Tidak hanya di bidang pertanian, tetapi juga dalam
bidang budaya dan agama.
Birokrasi
yang dibangun oleh Sultan Agung sangat maju. ia mengankat seorang patih untuk membantunya dalam melaksanakan
pemerintahan dan di bawahnya masih ada struktur pemerintahan yang langsung
bertanggungjawab kepadanya. Ia membagi kerajaan menjadi dua daerah yaitu daerah
Kutanagara (Dalam negeri) dan mancanegara (luar negeri).
Sultan
Agung wafat pada tahun 1645 dengan meninggalkan kerajaan Mataram yang kuat.
Kekuasannya dilanjutkan oleh para kerturunannya hingga kini, yang telah terbagi
menjadi empat kerajaan kecil yaitu Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta,
Kerajaan Pakualaman, dan Kerajaan Mangkunegaran. Penerus Sultan Agung
selanjutnya adalah:
1. Amangkurat I (1645-1677 M)\
2. Amangkurat II (1677-1702 M)
3. Amangkurat III (1703-1708 M)
4. Pangeran Puger/ Paku Buwono I (1708-1719)
5. Amangkurat IV/ Paku Buwono II (1719-1727)
8) Kerajaan Banten
Pada
awal abad ke-16, daerah jawa Barat
dikuasai oleh Kerajaan Pajajaran yang beragama Hindu. Dalam waktu yang singkat,
seluruh pantai utara Jawa Barat dapat dikuasai oleh Fatahillah. Agama Islam
lambat laun tersebar di Jawa Barat. Fatahillah kemudian menjadi wali dan
mendapat gelar Sunan Gunung Jati dan berkedudukan di Cirebon.
Pada
tahun 1522, putera Fatahillah yang bernama Hasanuddin diangkat menjadi penguasa
di Banten. Fatahillah sendiri mendirikan pusat kegiatan keagamaan di Gunung
Jati, Cirebon, sampai beliau wafat pada tahun 1570. Jadi pada awalnya, kerajaan
Banten merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Demak.
9) Kerajaan Cirebon
Kerajaan
Cirebon dibangun dan diperintah pertama kali oleh Sunan Gunungjati yang
merupakan salah satu anggota dari Walisongo. Nama asli Sunan Gunungjati adalah
Syarif Hidayatullah. Pada awalnya, ia diperintahkan oleh Raden Patah (Demak)
untuk menyebarkan Islam di daerah Jawa Barat. Setelah dapat menaklukkan daerah
Cirebon dari kekuasaan kerajaan Pajajaran (hindu) ia diberi kakuasaan untuk
memerintah di Cirebon.
Di
bawah kepemimpinan Sunan Gunungjati, Cirebon mengalami kemajuan. Ketika
kerajaan Demak mengirimkan Fatahillah untuk menyerang Sunda Kelapa yang
dikuasai oleh Portugis, Sunan Gunungjati memberikan dukungan sepenuhnya. Bahkan
Fatahilah kemudian diangkat menjadi menantu oleh Sunan Gunungjati. Setelah
Fatahilah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, Sunan Gunungjati
meminta Fatahilah menjadi bupati di Jayakarta (nama baru bagi Sunda Kelapa)
Untuk
menerukan pemerintahan, Sunan Gunungjati kemudian mengangkat putranya yang
bernama Pangeran Pasarean. Raja inilah yang dikemudian hari menurunkan
raja-raja di Cirebon hingga sekarang. Pada tahun 1679, Cirebon terpaksa dibagi
menjadi dua kerajaan yaitu Kasepuhan dan Kanoman karena kekuasaan VOC yang
bercokol di Jawa Barat begitu kuat dengan sistem devide et imperanya. Akhir
abad ke-17 Cirebon sepenuhnya dikuasai oleh VOC.
10)
Kerajaan
Makasar
Sekitar
abad ke-16 di Sulawesi Selatan berdiri kerajaan Makasar. Pusat kekuasaan
kerajaan Makasar adalah di Sambaopu. Raja pertamanya adalah Kraing Maoaya.
Kerajaan ini adalah kerajaan Islam yang kuat. Adapun raja-raja Makasar adalah
1. Sultan Alauddin Awwalut-Islam (1591-1638 M)
2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M)
3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M)
4. Sultan Mapasombha
Kerajaan
Makasar mencapai kejayaannya dibawah kekuasaan Sultan Hasanuddin. Kekuasaannya
meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur
dan daerah Nusa Tenggara.
11)
Kerajaan
Ternate dan Tidore
Sejak
abad ke-13, maluku sudah ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang Islam dari Jawa
dan Melayu. Seiring dengan ramainya perdagangan, berdatanglah pula para
mubaligh dari Jawa Timur untuk mengajarkan Agama Islam.Pada abad ke 16
diwilayah Maluku terdapat dua kerajaan besar yang saling bersaing yaitu Ternate
dan Tidore. Kerajaan Ternate berdiri sejak Abad ke 13 M. Kerajaan ini mulai
menjadi kerajaan Islam pada masa pemerintahan Sultan Marhum atau Gapi Baguna
(1465-1485 M). Pemerintahannya kemudian diteruskan oleh Sultan Zainal Abidin
(1486-1500 M). Pada masa pemerintahannya di bentuk suatu persekutuan bernama
Uli Lima (Ternate, Obi, Bacan, Seram dan Ambon). A
dapu raja-raja penerusnya
adalah
1. Sultan Sirullah atau Boleife (1500-1522 M)
2. Sultan Tabariji (1522-1535 M)
3. Sultan Hairun (1535-1570 M)
4. Sultan Baabullah (1570-1583 M)
5. Sultan Saiduddin Barakat (1583-1606)
Selanjutnya kerajaan Kedua adalah kerajaan
Tidore, Kerajaan Tidore terbentuk dalam waktu yang hampir sama dengan kerajaan
Ternate yaitu pada abad ke 13. Raja pertama yang mendapat pengaruh Islam adalah
Cirililitati atau Sultan Jamaluddin yang di Islam-kan oleh Syekh Mansyur.
Tidore mencapai puncak kejayaan dibawah pemerintahan Sultan Nuku. Wilayah
kekuasaannya meliputi Jailolo, Seram, Halmahera, Kai, dan Papua.
2 comments:
makasih infonya semoga bermanfaat
Thanks all
Posting Komentar