AUFKLARUNG FOR ALL
Silahkan ketik berita yang anda inginkan di kolom ini.

Selamat Datang di Aufklarung For All "Pencerahan Untuk Semua".

Informasi yang ada dalam blog ini semata-mata sebagai bentuk penyampaian uneg-uneg dan aspirasi. Semoga bisa menambah pengetahuan kita dan memberikan inspirasi kepada siapa pun yang membaca blog ini. Tulisan tidak akan lekang oleh waktu, satu goresan pena akan mampu merubah dunia bila kita menyadarinya. Semoga bermanfaat!

Rabu, 21 Oktober 2015

Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia



1) Kerajaan Perlak
Hasil seminar Sejarah Islam di Medan pada tahun 1963, telah menyimpulkan bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Perlak (A. Hasjmy, 1989). Hal ini didukung oleh ditemukannya bukti-bukti sejarah berupa tiga naskah Tua berbahasa Melayu yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan ini. Selain tiga naskah kuno tersebut, juga ditemukan bukti yang mendukung keberadaan Kerajaan Perlak ini yaitu Mata uang Perlak, stempel kerajaan dan makam-makam raja Benoa.
Kerajaan Perlak didirikan pada tahun 840 M, dengan nama raja pertamanya adalah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah yang semula bernama Saiyid Abdul Aziz. Sultan pertama ini berkuasa di Perlak antara tahun 840-964 M. Dalam perkembangannya kerajaan Perlak mengalami pasang surut dalam kehidupan politiknya. Kerajaan ini berakhir pada masa pemerintahan Sultan Makdhum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan ( masa pemerintahan antara tahun 1263-1292 M). Kerajaan ini akhirnya dikuasai oleh kerajaan Samodra Pasai yang pada saat itu dipimpin oleh Sultan Muhammad Malikul Dhahir.
2)      Kerajaan Samodra Pasai
Kerajaan Samudra pasai terletak di Pantai Timur Sumatra, sekitar Sungai Jambu Air dan Sungai Pasai, daerah Lhokseumawe.Pada awalnya, Kerajaan Samudra Pasai terdiri atas 2 Daerah, yaitu Samudra dan Pasai. Kedua daerah itu telah lama menjadi persinggahan dan bermukim para saudagar dari Arab, Persia, dan India. Sesudah kekuasaan Islam muncul, kedua daerah ini disatukan menjadi Kerajaan Samudra Pasai. Karena Samodra Pasai adalah daerah yang pertama dikunjungi oleh pedagang Islam baik dari Asia Barat maupun Gujarat dan dianggap Islam masuk pertama kali melalui daerah ini maka daerah ini (Aceh) dikemudian hari disebut sebagai Serambi Mekah.
Raja pertama kerajaan Samodra Pasai adalah Sultan Malik Al Saleh. Sebelum masuk Islam ia bernama Marah Silu. Marah Silu di Islamkan oleh Syach Ismail yang merupakan utuasan Syarif dari Mekah. Setelah menjadi raja Ia memperistri putri dari Kerajaan Perlak yang bernama Putri Gangang Sari yang dikemudian hari memiliki putra bernama Sultan Malikul Dhahir. Sultan Malik Al Saleh meletakkan dasar-dasar Islam, ia juga berusaha mengembangkan kerajaannya dengan memperluas perdagangan dan membuka Bandar-bandar perdagangan yang menghubungkan jalur-jalur perdagangan strategis saat itu.
Ketika Sultan Malik Al Saleh wafat ia digantikan oleh Putranya yang bernama Sultan Muhammad Malikul Dhahir yang bergelar Sultan Malik Al Tahir (1297-1326 M). ia berusaha meneruskan usaha-usaha yang dilakukan oleh ayahnya dan menjadikan kerajaan Samodra Pasai berkembang lebih maju lagi. Pada masa kekuasaannya kerajaan Perlak disatukan dengan kerajaan Samodra Pasai.
Sepeninggal Sultan Malik Al Tahir, ia digantikan oleh anaknya yang bernama raja Ahmad yang bergelar Sultan Malik Al Tahir II (1326-1348 M). diberitakan oleh Ibn Batutah, bahwa Sultan Malik Al Tahir II sangat memegang teguh ajaran Islam dan aktif menyebarkannya ke negeri-negeri disekitar Samodra Pasai. Dengan demikian menjadikan kerajaan Samodra pasai menjadi pusat penyebaran Islam. Dari kerajaan-kerajaan inilah kader-kader Islam yang siap untuk mengembangkan Islam ke berbagai daerah. Salah satu kader itu adalah Fatahilah yang dikemudian hari menjadi Panglima di Kerajaan Demak.
Kerajaan Samodra Pasai dalam perjalanannya masih diketahui hingga datangnya tentara Portugis pada tahun 1522 dan menguasainya, namun tidak terdapat bukti tentang nama-nama raja selanjutnya. Sejak saat itu keberadaan kerajaan ini seperti hilang ditelan bumi.
3) Kerajaan Malaka
Hubungan perdagangan antara Samodra Pasai dengan Malaka yang semakin ramai telah membawa pengaruh Islam di Malaka. Perkembangan selanjutnya di wilayah Malaka muncullah masyarakat Islam di sana. Pada abad ke-14, Malaka menjadi Bandar paling penting di Asia Tenggara. Dalam perkembangan selanjutnya masyarakat Islam semakin banyak sehingga muncul sebagai kerajaan Malaka.
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara. Ia adalah keturunan dari bangsawan Majapahit yang menikah dengan saudara perempuan dari istri raja Malikul Saleh di Samodra Pasai yaitu Putri Ratna Kumala yang berasal dari Kerajaan Perlak. Parameswara tampil sebagai raja pertama kerajaan Malaka dengan gelar Sultan ISkandar Syah. Ia memerintah kerajaan Malaka antara tahun 1296-1414 M. di bawah pemerintahan Iskandar Syah, kerajaan Malaka mengalami perkembangan yang pesat. Pada masa ini Malaka menjadi pusat perdagangan dan perkembangan Islam di Asia Tenggara.
Penguasa kerajaan Malaka sepeninggal Iskandar Syah secara berurutan yaitu Sultan Muhammad Syah digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Mudhafar Syah dan diteruskan oleh putranya yang bernama Sultar Mansyur Syah. Pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah, muncul nama tokoh terkenal bernama Laksamana Hang Tuah. Tokoh ini sangat terkenal dalam usahanya menyebarkan agama Islam di daerah Semenanjung Malaka dan sekitarnya. Daerah kekuasaan Malaka meliputi daerah seluruh semenanjung Malaka, Sumatera Tengah, Siak, Indragiri, daerrah Kampar dan kepulauan Riau.
Tahun 1511 Malaka diserang dan diduduki oleh pasukan Portugis. Penyerangan ini dipimpin oleh raja Muda dari Portugis yang bernama d’Albuquerque. Karena pemerintahan baru ini sangat anti dengan Islam maka para pedagang Islam banyak yang menyingkir dan menyebar ke daerah lain seperti Jawa, Sumatra dan Kalimantan bahkan sampai ke Filiphina.
4)    Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh berdiri pada abad ke-16. Kerajaan ini terletak di tepi Selat Malaka. Pusat Kerajaan Aceh terdapat di Kutaraja (Banda Aceh sekarang). Kerajaan Aceh mengalami perkembangan pesat, hal ini didorong oleh letak Aceh yang sangat strategis ditinjau dari segi pelayaran. Selain itu, jatuhnya Malaka ketangan Portugis (1511) dan dikemudian hari Samodra Pasai (1522), menjadikan Aceh semakin ramai dikunjungi oleh para pedagang Islam. Aceh menjadi kerajaan yang semakin kaya dan besar pengaruhnya dalam penyebaran Agama Islam.
Pendiri dari kerajaan Aceh adalah Sultan Ibrahim, yang mana pada awalnya Aceh berada di bawah kekuasaan kerajaan Pedir. Untuk memperkuat kerajaannya sekaligus menandingi keberadaan Portugis, Sultan Ibrahim membentuk angkatan Perang yang kuat. Yang menarik adalah anggota tentara yang dibangunnya tidak hanya dari rakyat Aceh saja tetapi banyak yang berasal dari Arab dan Turki. Selain itu Aceh juga membangun persahabatan dengan kesultanan Turki (Turki Utsmani).
Aceh mencapai jaman keemasan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang memerintah tahun (1607-1636 M). ia adalah orang yang cakap dan pemeluk Islam yang taat.  Wilayah kekuasaannya meliputi Semenanjung Malaya, seperti Johor, Kedah, Pahang (Malaysia), Peralak, Pulau Bintan dan Nias.
Iskandar Muda bersikap anti penjajah, oleh karena itu ia bercita-cita mengusir Portugis dari Malaka. Iskandar Muda melakukan beberapa kali penyerangan kepada Portugis di Malaka, salah satunya pada tahun 1629 ia melakukan penyerangan besar-besaran ke Malaka. Namun, karena persenjataan yang tidak seimbang penyerangan tersebut gagal. Sebagai balasan tentara Portugis juga beberapa kali melakukan penyerangan ke kerajaan Aceh namun usaha tersebut juga sama-sama mengalam kegagalan.
Sepeninggal Iskandar Muda, ia digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Iskandar Tani (1936-1941). Namun karena raja ini lemah, akhirnya keajaan Aceh dikuasi oleh tentara Belanda yang sebelumnya telah mengusir Portugis dari Malaka.
5)    Kerajaan Demak
Pada abad ke-16 muncul kerajaan Islam pertama di pulau Jawa, yaitu Kerajaan Demak. Semula Demak merupakan salah satu wilayah yang berada di bawah kekuasaan Majapahit, yang bernama daerah Glagah atau Bintoro. Ketika Majapahit runtuh akibat perang saudara pada tahun 1478, pusat kerajaan Hindu berpindah ke Kuling dan akhirnya ke Daha (Kediri). Runtuhnya Majapahit membawa Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan.
Penguasa pertama kerajaan Demak adalah Raden Patah (1500-1518). Nama kecilnya adalah Pangeran Jimbun. Ia adalah keturunan dari raja Majapahit Brawijaya V dari pernikahannya dengan seorang putri dari Campa. Raden Patan menyatakan berpisah dari kerajaan Majapahit dengan dibantu oleh para ulama yang tergabung dalam Dewan Walisongo. Gelar Raden Patah ketika dinobatkan menjadi Sultan adalah Sultan Alam Akbar Al Fatah. Kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa. Di bawah kepemimpinannya Demak menjadi pusat penyebaran Agama Islam di Jawa. Untuk melengkapi sebagai pusat penyebaran Islam didirikanlah masjid Islam Demak yang sampai sekarang masih kokok berdiri.
Kekuasaan kerajaan Demak meliputi Semarang, Tegal, Jepara dan sekitarnya. Pengaruh di luar Jawa sampai di daerah Palembang, Jambi dan sebagian Sumatera, selain itu beberapa wilayah di Kalimantan juga menjadi bagian dari kerajaan ini.
Perkembangan kerajaan Demak tidak lepas dari keberadaan Kerajaan Malaka yang diduduki oleh Portugis pada tahun 1511. Karena dikuasai oleh Portugis, maka para pedagang Islam banyak yang mengalihkan perdagangan ke daerah lain salah satunya adalah Jawa yang tidak lain adalah Bandar-bandar yang dimiliki oleh kerajaan Demak.
Karena keberadaan Portugis dianggap sebagai salah satu ancaman bagi kelangusngan kerajaan Demak, pada Tahun 1513 kerajaan Demak menyerang Portugis di Malaka dibawah kepemimpinan Adipati Unus yang merupakan anak pertama dari Raden Patah. Namun penyerangan tersebut mengalami kegagalan.
Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518, ia digantikan oleh putranya yaitu Pati Unus (1518-1521). Walau ia memerintah tidak begitu lama, namun ia dikenal sebagai panglima yang gagah berani. Ia memiliki cita-cita untuk membendung pengaruh Portugis jangan sampai ke tanah Jawa.
Ketika Pati Unus Wafat pada tahun 1521, ia tidak memiliki putra. Kemudian digantikan oleh adiknya yang bernama Raden Trenggono. Raden Trenggono tampil sebagai raja yang bijaksana. Pada masa kekuasaanya, kerajaan Demak mengalami masa kejayaan. Ia memperluasa kekuasaan hingga Jawa Barat dan Jawa Timur.
Pada waktu Portugis mulai meluaskan pengaruhnya ke Jawa Barat, dan membangun benteng di Sunda Kelapa (Jakarta), membuat Sultan Trenggono tidak senang dan kemudian mengirimkan tentaranya pada tahun 1522 di bawah Panglima Muda yang berasal dari Aceh bernama Fatahillah dan berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Sultan TRenggono wafat ketika melakukan penyerangan ke daerah Pasuruan di Jawa Timur pada tahun 1546. Sepeninggal Sultan Trenggono, terjadi perebutan kekusaan di dalam keluarganya sendiri yaitu perang saudara antara pangerah Sedolepen dengan Sunan Prawoto, yang dimenangkan oleh Sunan Prawoto. Keadaan ini menyebabkan anak dari Pangeran Sekar Sedolepen yang bernama Arya Penangsang tidak terima dan kemudian menyerang Sunan Prawoto, tetapi akhirnya ia dapat dikalahkan oleh Jaka Tingkir (Adiwijaya) yang merupakan menantu dari Sultan Trenggono.
Untuk menghindari perang saudara, akhirnya Jaka Tingkir memindahkan pusat kekuasaanya ke daerah Pajang di Boyolali. Mulai saat itu berakhirlah kekuasaan kerajaan Demak di Jawa yang nantinya secara bergantian kerajaan penerus Demak antara lain Kerajaan Pajang, kerajaan Mataran Islam Kota Gede, dan yang sampai sekarang yang masih berdiri adalah Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.
6)      Kerajaan Pajang
Dalam pertikaian antara Jipang di bawah Arya Penangsang dengan Pajang di bawah Jaka Tingkir (Adiwijaya) yang memperebutkan tahta kerajaan Demak dimenangkan oleh Adiwijaya yang tidak lain adalah menantu dari Sultan Trenggono. Dengan kemenangan ini maka pusat pemerintahan Demak dipindahkan ke Pajang (Boyolali).
Sultan Adiwijaya (Hadiwijaya) memerintah Pajang dari tahun 1568 hingga tahun 1582. Pada masa pemerintahannya, Hadiwijaya banyak memberikan balas budi kepada para pengikut setianya dalam perang melawan Arya Penangsang. Salah satunya adalah Ki Ageng Pemanahan yang diberi tanah perdikan di daerah Kota Gede yang bernama Alas Mentaok. Di atas tanah ini dikemudian hari lahirlah kerajaan Mataram Islam.
Salah satu putra Ki Ageng Pemanahan yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan berhasil membunuh Arya Penangsang yang bernama Sutawijaya diangkat sebagai putra angkat Hadiwijaya. Sultan Hadiwijaya memiliki putra bernama Pangeran Benawa. Setelah Hadiwijaya wafat terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Benawa dengan Arya Pangiri putra dari Sunan Prawoto. Usaha ini dapat digagalkan oleh Pangeran Benawa atas bantuan Sutawijaya. Kemudian Sutawijaya mendapat anugerah sebagai Bupati di Mataram.
Karena merasa tidak mampu mengendalikan pemerintahan dan mempertahankan kekuasaan, pada akhirnya Pangeran Benawa menyerahkan kekuasaan kepada Saudara angkatnya Sutawijaya. Akhirnya pada tahun 1586 pusat pemerintahan di pindahkan oleh Sutawijaya ke Mataram di Kota Gede (Yogyakarta). Dari pemindahan kekuasaan tersebut maka berakhirlah pemerintahan kerajaan Pajang.
7)      Kerajaan Mataram Islam
a.      Pemerintahan Panembahan Senopati (1586-1601)
Sutawijaya naik tahta dan memerintah Mataram dari tahun 1566-1601. Ia bergelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Kerajaan Mataram Islam berpusat di Kotagede. Masa pemerintahan Panembahan Senopati ditandai dengan perang terus menerus, banyak daerah atau kadipaten yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Panembahan Senopati. Namun, usaha pemberontakan yang dilakukan oleh para bupati dapat ditaklukkan.
Panembahan Senopati meletakkan dasar Negara yang kuat bagi Mataram. Agama Islam berkembang pesat di kerajaan Mataram karena pemerintahan ini masih mau mengadopsi atau melestarikan kebudayaan lama. Pada masa ini kekuasaan para Pedagang Belanda yang dikemudian hari mendirikan VOC (1602) di Jawa semakin kuat dan sudah mulai masuk ke kerajaan Mataram. Pada saat Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601, kerajaan Mataram masih menghadapi banyak pemberontakan daerah dan menyisakan pekerjaan rumah bagi penerusnya.
b.     Pemerintahan Mas Jolang (1601-1613)
Setelah Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601 kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Mas Jolang. Sebagai raja Mataram Mas Jolang kemudian bergelar Sultan Anyakrawati. Ia memerintah dari tahun 1601-1613. Pada masa pemerintahannya banyak Bupati di daerah Jawa Timur berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Mataram.
Untuk mempertahankan kekuasaannya, banyak pengikutnya yang setia harus meninggal dalam menangani pemberontakan tersebuty. Bahkan pada tahun 1613 Sultan Anyakrawati pun akhirnya wafat karena dengan tangannya sendiri terpaksa menangani pemberontakan yang terjadi. Sultan Anyakrawati wafat di daerah Krapyak (Yogyakarta) sehingga kemudian beliau lebih terkenal dengan nama Pangeran Sedo Krapyak.



c.      Pemerintahan Sultan Agung (1613-1645)
Setelah Sultan Anyakrawati Wafat, ia digantikan oleh putranya yang bernama Mas Rangsang. Ia lahir di Yogyakarta pada tahun 1591 dan menjadi raja pada usia 22 tahun dengan bergelar Sultan Agung Anyokrokusumo.
Sultan Agung sangat anti terhadap orang-orang Asing di daerahnya. Pada masa itu kekuasaan VOC sudah demikian kuatnya, ia bercita-cita mengusir VOC (Belanda) dari tanah Jawa. Untuk melaksanakan cita-citanya berkali-kali pasukannya menyerang Batavia untuk mengusir VOC. Namun usahanya selalu kalah karena kalah persenjataan dengan Belanda.
Pada masa kekuasaannya, Mataram mengalami masa keemasan, kerajaan Mataram sangat maju hampir di segala bidang. Pertaniannya sangat maju sehingga rakyat Mataram saat itu sangat makmur. Tidak hanya di bidang pertanian, tetapi juga dalam bidang budaya dan agama.
Birokrasi yang dibangun oleh Sultan Agung sangat maju. ia mengankat seorang  patih untuk membantunya dalam melaksanakan pemerintahan dan di bawahnya masih ada struktur pemerintahan yang langsung bertanggungjawab kepadanya. Ia membagi kerajaan menjadi dua daerah yaitu daerah Kutanagara (Dalam negeri) dan mancanegara (luar negeri).
Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dengan meninggalkan kerajaan Mataram yang kuat. Kekuasannya dilanjutkan oleh para kerturunannya hingga kini, yang telah terbagi menjadi empat kerajaan kecil yaitu Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kerajaan Pakualaman, dan Kerajaan Mangkunegaran. Penerus Sultan Agung selanjutnya adalah:
1.     Amangkurat I (1645-1677 M)\
2.     Amangkurat II (1677-1702 M)
3.     Amangkurat III (1703-1708 M)
4.     Pangeran Puger/ Paku Buwono I (1708-1719)
5.     Amangkurat IV/ Paku Buwono II (1719-1727)




8)      Kerajaan Banten
Pada awal abad ke-16, daerah  jawa Barat dikuasai oleh Kerajaan Pajajaran yang beragama Hindu. Dalam waktu yang singkat, seluruh pantai utara Jawa Barat dapat dikuasai oleh Fatahillah. Agama Islam lambat laun tersebar di Jawa Barat. Fatahillah kemudian menjadi wali dan mendapat gelar Sunan Gunung Jati dan berkedudukan di Cirebon.
Pada tahun 1522, putera Fatahillah yang bernama Hasanuddin diangkat menjadi penguasa di Banten. Fatahillah sendiri mendirikan pusat kegiatan keagamaan di Gunung Jati, Cirebon, sampai beliau wafat pada tahun 1570. Jadi pada awalnya, kerajaan Banten merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Demak.
9)    Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon dibangun dan diperintah pertama kali oleh Sunan Gunungjati yang merupakan salah satu anggota dari Walisongo. Nama asli Sunan Gunungjati adalah Syarif Hidayatullah. Pada awalnya, ia diperintahkan oleh Raden Patah (Demak) untuk menyebarkan Islam di daerah Jawa Barat. Setelah dapat menaklukkan daerah Cirebon dari kekuasaan kerajaan Pajajaran (hindu) ia diberi kakuasaan untuk memerintah di Cirebon.
Di bawah kepemimpinan Sunan Gunungjati, Cirebon mengalami kemajuan. Ketika kerajaan Demak mengirimkan Fatahillah untuk menyerang Sunda Kelapa yang dikuasai oleh Portugis, Sunan Gunungjati memberikan dukungan sepenuhnya. Bahkan Fatahilah kemudian diangkat menjadi menantu oleh Sunan Gunungjati. Setelah Fatahilah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, Sunan Gunungjati meminta Fatahilah menjadi bupati di Jayakarta (nama baru bagi Sunda Kelapa)
Untuk menerukan pemerintahan, Sunan Gunungjati kemudian mengangkat putranya yang bernama Pangeran Pasarean. Raja inilah yang dikemudian hari menurunkan raja-raja di Cirebon hingga sekarang. Pada tahun 1679, Cirebon terpaksa dibagi menjadi dua kerajaan yaitu Kasepuhan dan Kanoman karena kekuasaan VOC yang bercokol di Jawa Barat begitu kuat dengan sistem devide et imperanya. Akhir abad ke-17 Cirebon sepenuhnya dikuasai oleh VOC.


10)   Kerajaan Makasar
Sekitar abad ke-16 di Sulawesi Selatan berdiri kerajaan Makasar. Pusat kekuasaan kerajaan Makasar adalah di Sambaopu. Raja pertamanya adalah Kraing Maoaya. Kerajaan ini adalah kerajaan Islam yang kuat. Adapun raja-raja Makasar adalah
1.    Sultan Alauddin Awwalut-Islam (1591-1638 M)
2.    Sultan Muhammad Said (1639-1653 M)
3.    Sultan Hasanuddin (1653-1669 M)
4.    Sultan Mapasombha
Kerajaan Makasar mencapai kejayaannya dibawah kekuasaan Sultan Hasanuddin. Kekuasaannya meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur dan daerah Nusa Tenggara.
11)   Kerajaan Ternate dan Tidore
Sejak abad ke-13, maluku sudah ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang Islam dari Jawa dan Melayu. Seiring dengan ramainya perdagangan, berdatanglah pula para mubaligh dari Jawa Timur untuk mengajarkan Agama Islam.Pada abad ke 16 diwilayah Maluku terdapat dua kerajaan besar yang saling bersaing yaitu Ternate dan Tidore. Kerajaan Ternate berdiri sejak Abad ke 13 M. Kerajaan ini mulai menjadi kerajaan Islam pada masa pemerintahan Sultan Marhum atau Gapi Baguna (1465-1485 M). Pemerintahannya kemudian diteruskan oleh Sultan Zainal Abidin (1486-1500 M). Pada masa pemerintahannya di bentuk suatu persekutuan bernama Uli Lima (Ternate, Obi, Bacan, Seram dan Ambon). A
dapu raja-raja penerusnya adalah
1.  Sultan Sirullah atau Boleife (1500-1522 M)
2.  Sultan Tabariji (1522-1535 M)
3.  Sultan Hairun (1535-1570 M)
4.  Sultan Baabullah (1570-1583 M)
5.  Sultan Saiduddin Barakat (1583-1606) 
    Selanjutnya kerajaan Kedua adalah kerajaan Tidore, Kerajaan Tidore terbentuk dalam waktu yang hampir sama dengan kerajaan Ternate yaitu pada abad ke 13. Raja pertama yang mendapat pengaruh Islam adalah Cirililitati atau Sultan Jamaluddin yang di Islam-kan oleh Syekh Mansyur. Tidore mencapai puncak kejayaan dibawah pemerintahan Sultan Nuku. Wilayah kekuasaannya meliputi Jailolo, Seram, Halmahera, Kai, dan Papua.

Beasiswa Pascasarjana

http://www.beasiswapascasarjana.com/2012/03/beasiswa-s2-guru-kepsek-dan-pengawas.html

Kemdikbud

Informasi tentang pendidikan, seputar Beasiswa dan perkembangan pendidikan di Indonesia

Detik.com

Apa Anda Termasuk orang yang cerdas?

Bila anda merasa sebagai bagian orang-orang yang cerdas, apa yang akan anda lakukan dengan kecerdasan anda tersebut?
Apakah akan anda gunakan kecerdasan anda tersebut untuk kebaikan umat manusia, atau hanya untuk anda sendiri atau malah untuk mencelakai manusia lainnya?
Silahkan kirimkan koment anda! Pro ataupun kontra, akan kami tampung sebagaimana kami menghargai kecerdasan sebagai sebuah misteri yang akan selalu ada di dunia ini.

Post Populer

About This Blog

Blog ini dibuat dengan kesengajaan, memang di rekayasa sedemikian rupa dengan tujuan membuat para pembaca tertarik, ikut memberikan sumbangan pemikiran demi kemajuan bersama.
Segala macam isi yang ada dalam tiap halaman blog ini diluar tanggungjawab admin.
Author menerima kritik dan masukan demi perbaikan blog ini.
Selamat berselancar

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP