ANATOMI TEORI SOSIAL HERBERT BLUMER (1900-1987)
A.
Konteks
Sosial
Interaksi simbollik pertama kali diperkenalkan oleh
Herbert Blumer dalam lingkup sosiologi, sebenarnya ide ini telah dikemukakan
oleh George Herbert Mead (guru Blumer) yang kemudian dimodifikai oleh Blumer untuk
tujuan tertentu. Karakteristik dasar ide ini adalah suatu hubungan yang terjadi
secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan
individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui
simbol-simbol yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian
peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang
dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan
gerak tubuh, vokal, suara, dan ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu mempunyai
maksud dan disebut dengan “simbol”. Pendekatan interaksi simbolik yang dimaksud Blumer
mengacu pada tiga premis utama, yaitu:
(1) Manusia
bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu
bagi mereka
(2) Makna itu
diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain, dan
(3)
Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial sedang
berlangsung (Kuswarno, 2008: 22). Interaksi simbolik dalam pembahasannya telah
berhasil membuktikan adanya hubungan antara bahasa dan komunikasi. Sehingga,
pendekatan ini menjadi dasar pemikiran ahli-ahli ilmu sosiolinguistik dan ilmu
komunikasi.
Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan cirri khas
manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Blumer
mengintegrasikan gagasan-gagasan tentang interaksi simbolik lewat tulisannya,
terutama pada tahun 1950an dan 1960an, diperkaya dengan gagasan-gagasan dari
John Dewey, Wiliam I. Thomas dan Charles H. Cooley (Mulyana, 2001: 68).
B.
Pemikiran
dan Teori Yang Memepengaruhi
Kita mengenal tiga tipologi dalam
sosiologi berdasarkan skala kajian, yakni sosiologi makro, mezo dan mikro.
Kajian struktur masyarakat yang luas merupakan wilayah kajian sosiologi makro.
Pada tipe ini, para peneliti lebih banyak memfokuskan pada struktur social,
budaya dan institusi besar yang ada di masyarakat dan pengaruhnya terhadap
individu-individu di dalam masyarakat. Paradigma fakta social merupakan salah
satu kajian makro, karena lebih memfokuskan pada masalah struktur social.
Paradigma ini memandang individu dikendalikan struktur masyarakat dalam segala
aspek tindakannya. Para pengikut aliran ini disebut sebagai Durkheimian.
Sedangkan mikro sosiologi lebih
menelaah proses-proses tindakan individu. Tekanannya bukan pada struktur
melainkan pada tindakan-tindakan individu. Tradisi ini bisa ditemukan pada
paradigma tindakan social yang lebih menekankan pada tindakan subyektif individu.
Pandangan ini sebagai antitesa fakta social. Menurut pandangan ini, individu
tidak terkungkung oleh struktur social secara kaku, tetapi individu memiliki
kebebasan. 2Tradisi ini
disebut sebagai tradisi Weberian. Interaksionisme simbolik merupakan aliran
yang juga focus pada tindakan-tindakan individu. Sebagaimana namanya, aliran
ini menekankan pada simbol-simbol dalam tindakan individu. Aliran ini percaya
bahwa tindakan-tindakan individu yang berlangsung dikendalikan oleh makna-makna
yang ada di pikiran individu masing-masing. Karena itu, fenomena-fenomena
social, menurut perspektif ini, bisa ditemui dalam makna-makna individu yang
saling bertindak. Aliran ini, di satu
sisi, juga menentang pandangan perspektif konvensional yang melihat individu
sebagai produk struktur masyarakat yang segala aspek perilakunya dipengaruhi
aspek-aspek eksternal. Individu tidak bertindak bebas. Tetapi, di sisi lain,
pandangan ini juga menolak reduksionisme psikologis yang terlalu ekstrim.
Prof Dr. Riyadi Soeprapto, MS menjelaskan lebih
jauh bahwa
“baik manusia dan struktur sosial
dikonseptualisasikan secara lebih kompleks, lebih tak terduga, dan aktif jika dibandingkan
dengan perspektif-perspektif sosiologis yang konvensional. Di sisi ini
masyarakat tersusun dari individu-individu yang berinteraksi yang tidak hanya
bereaksi, namun juga menangkap, menginterpretasi, bertindak, dan mencipta.
Individu bukanlah sekelompok sifat, namun merupakan seorang aktor yang dinamis
dan berubah, yang selalu berada dalam proses menjadi dan tak pernah selesai
terbentuk sepenuhnya.”
Aliran ini berasal dari tradisi
psikologi social dan filsafat pragmatism Amerika. Aliran ini sangat berkembang
di Amerika, hal ini menunjukkan bahwa orang-orang Amerika lebih suka pada
penjelasan-penjelasan praktis ketimbang spekulasi abstrak. Tokoh
interaksionisme awal yang terkenal adalah George Herbert Mead, sedangkan
Herbert Blumer merupakan murid Mead
C.
Latar
Belakang Sosial
Herbert Blumer merupakan murid
George Herbert Mead yang meneruskan tradisi pemikiran gurunya. Di tengah-tengah
dominasi aliran fungsionalisme, Blumer tetap setia dan mengembangkan tradisi
Median. Siapa sosok Blumer? Bagaimana sejarah intelektualnya?
Pertanyaan-pertanyaan ini diuraikan oleh Kenneth Allen dalam “Contemporary
Social and Sociological Theory: Visualizing Social Worlds”.
“Herbert Blumer was born on March 7, 1900. He
completed his Ph. D. at the University of Chicago I 1928; his dissertation was
title Methods in Social Psychology. Blumer
was o the faculty at Chicago from 1927 to 1952, during which time he also
played professional football, interviewed gang members, and mediated labor
disputes. In 1952, Blumer Moved to the University of California at Berkeley to
chair its new department of sociology. Blumer edited one of sociology’s
journals, the American Journal of
Sociology, from 1940 to 1952, and he was president of the American
Sociological Society in 1955”.
D.
Pokok Permasalahan
Blumer bersama
anggota-anggota Mahzab Chicago mengkonseptualisasikan manusia sebagai
menciptakan atau membentuk kembali lingkungannya, sebagai “merancang dunia
objek-nya, dalam aliran tindakannya alih-alih sekedar merespons pengharapan
kelompok” (Mulyana, 2001: 70). Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami
perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa
perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia
membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang
lain yang menjadi mitra interaksi mereka.
Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan Blumer, proses sosial
dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegaskan aturan-aturan,
bukan aturan-aturan yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. Dalam
konteks ini, maka dikonstruksikan dalam proses interaksi, dan proses tersebut
bukanlah suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial
memainkan perannya, melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari
organisasi sosial dan kekuatan sosial (Mulyana, 2001: 70).
E.
Proposisi
Yang Ditawarkan
Berdasarkan analisis Blumer , terdapat 2 pendekatan yaitu
eksplorasi dan inspeksi (pemeriksaan)
1.
Eksplorasi
eksplorasi adalah “…metode fleksibel yang memberi peluang kepada peneliti
bergerak ke pemahaman yang lebih tepat mengenai bagaimana masalah seseorang
harus dikemukakan,” mempelajari data dan mengembangkan ide-ide.
2.
Inspeksi
(Pemeriksaan)
Menyatakan dimana “…melalui metode ini para peneliti
memeriksa konsep-konsep tersebut dari sudut pembuktian empiris
F.
Jenis
Realita Sosial
Realitas yang ingin diungkapkan oleh Blumer adalah bahwa
tindakan individu sangat bergantung kepada pemaknaan terhadap sesuatu objek.
Makna berasal dari pikiran individu bukan melekat pada objek. Misalnya, warna
Merah berarti sosialis-komunis, tetapi juga berarti keberanian. Bagi ummat
Kristen tanda salib justru sesuatu yang disakralkan, tetapi bagi orang-orang
muslim hal itu tidak bermakna sacral. Sekali lagi, hal ini menunjukkan bahwa
makna bukan sesuatu yang inheren dalam objek tetapi diciptakan oleh individu.
G.
Kajian
Tori
3Interaksionisme simbolik Blumer mengandung beberapa ide dasar, yakni :
1. Manusia terdiri
dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut saling bersesuaian melalui
tindakan bersama, membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi atau struktur
social.
2. Interaksi terdiri dari berbagai
kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia lain.
Interaksi-interaksi non-simbolis mencakup stimulus-respon yang sederhana
seperti halnya batuk. Interaksi simbolis mencakup “penafsiran tindakan”.
3. Obyek-obyek tidak mempunyai makna yang intrinsic; makna lebih merupakan
produk interaksi simbolis. Obyek-obyek itu bisa dikategorikan ke dalam tiga hal
yakni obyek fisik (meja, tanaman, mobil), obyek social (ibu, teman, dll.), dan
obyek abstrak (nilai, norma).
4. Manusia tidak hanya mengenal objek
eksternal; mereka dapat melihat dirinya sebagai objek.
5. Tindakan manusia adalah tindakan
interpretative yang dibuat oleh dirinya sendiri.
6. Tindakan tersebut saling dikaitkan dan
disesuaikan oleh anggota kelompok (organisasi).
H.
Aktor Yang
Otonom
Dalam hal ini Blumer tidak terpengaruh
terhadap struktur dan teori –teori lain yang dianggapnya kurang relevan ,
sehingga Blumer memunculkan 6 Sains Empiris , diantaranya:
(a). scientific inquiry uses
theory; (b). theory is used to decide the kinds of questions that are asked;
(c). theory shapes what data are relevant, and how the data will be collected
and tested; (d). propositions are born out of theory: theory informs the kinds
of relationships among and between the variables that are to be tested; (e).
the data are interpreted and brought back to change, modify, or confirm theory;
(f). all theory and scientific research is based on concepts, which are the
basic building blocks of theory.
I.
Metode Yang
Digunakan
Dalam hal ini Blumer menggunakan
metode yang sangat baik yaitu Pendekatan
interaksi simbolik, didalamnya Blumer juga mengemukakan Interaksi simbolik
dalam pembahasannya telah berhasil membuktikan adanya hubungan antara bahasa
dan komunikasi. Sehingga, pendekatan ini menjadi dasar pemikiran ahli-ahli ilmu
sosiolinguistik dan ilmu komunikasi.
J.
Unit
Analisis Yang Digunakan
Unit analisis
yang digunakan Blumer dalam menggunakan metode pendekatan simbolik adalah
komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna.
K.
Berada
Dalam Lingkup Mazab Apa
Dalam Blumer
menggunakan paradigma fakta sosial yang lebih banyak menggunakan kajian makro
dan mikro karena mengkaji tentang tindakan dalam komunikasi masyarakat dan juga
interaksionisme simbolik yang mempelajari tentang tindakan-tindakan individu
Hal ini
dikuatkan Kita mengenal tiga tipologi dalam
sosiologi berdasarkan skala kajian, yakni sosiologi makro, mezo dan mikro.
Kajian struktur masyarakat yang luas merupakan wilayah kajian sosiologi makro.
Pada tipe ini, para peneliti lebih banyak memfokuskan pada struktur social,
budaya dan institusi besar yang ada di masyarakat dan pengaruhnya terhadap
individu-individu di dalam masyarakat. Paradigma fakta social merupakan salah
satu kajian makro, karena lebih memfokuskan pada masalah struktur social.
Paradigma ini memandang individu dikendalikan struktur masyarakat dalam segala
aspek tindakannya. Para pengikut aliran ini disebut sebagai Durkheimian.
Sedangkan mikro sosiologi lebih
menelaah proses-proses tindakan individu. Tekanannya bukan pada struktur
melainkan pada tindakan-tindakan individu. Tradisi ini bisa ditemukan pada
paradigma tindakan social yang lebih menekankan pada tindakan subyektif
individu. Pandangan ini sebagai antitesa fakta social. Menurut pandangan ini,
individu tidak terkungkung oleh struktur social secara kaku, tetapi individu
memiliki kebebasan. Tradisi ini disebut sebagai tradisi Weberian.
Interaksionisme simbolik
merupakan aliran yang juga focus pada tindakan-tindakan individu. Sebagaimana
namanya, aliran ini menekankan pada simbol-simbol dalam tindakan individu.
Aliran ini percaya bahwa tindakan-tindakan individu yang berlangsung
dikendalikan oleh makna-makna yang ada di pikiran individu masing-masing.
Karena itu, fenomena-fenomena social, menurut perspektif ini, bisa ditemui
dalam makna-makna individu yang saling bertindak.
Aliran ini, di satu sisi, juga
menentang pandangan perspektif konvensional yang melihat individu sebagai
produk struktur masyarakat yang segala aspek perilakunya dipengaruhi
aspek-aspek eksternal. Individu tidak bertindak bebas. Tetapi, di sisi lain,
pandangan ini juga menolak reduksionisme psikologis yang terlalu ekstrim.
DAFTAR PUSTAKA
Allan, Kenneth, Contemporary Social and Sociological Theory: Visualizing social worlds,
(California: Pine Forge Press, 2006), h. 7.
Hal yang sama juga ditemui dalam karya Allan yang lain (The Social Lens:
An Invitation To Social and Sociological Theory, 2007) h. 303.
-----, The Social Lens: An Invitation To Social and Sociological Theory,
h. 304.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia
M. Poloma, Margaret, Sosiologi Kontemporer, diindonesiakan
oleh tim penerjemah Yayasan Solidaritas Gadjah Mada (YASOGAMA), cetakan keenam,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 258
William N. Dunn, Analisis Kebijaksanaan Publik,
terj. Mujahir Darwin, (Yogyakarta: Hanindita, 2001), 20-32.
Poloma, Margaret, Sosiologi Kontemporer, terjemahan
Yayasan Solidaritas Gadjah Mada (Jakarta,
2004), 258
0 comments:
Posting Komentar