BLT: Bumerang Bagi Partai BESAR
Di masa kampanye, partai-partai politik saling serang. BLT yang dikucurkan pemerintah saat ini dianggap membodohi rakyat, membuat rakyat menjadi manja dan tergantung pada pemberian pemerintah. Lalu, apa yang ditawarkan partai-partai ini?
Semarak kampanye begitu hebat terjadi di seluruh Indonesia, tidak hanya partai besar yang menggelar pawai untuk menarik simpati dari rakyat agar di pilih dalam pemilu Legislatif 9 April bulan depan namun partai-partai kecil pun juga tidak mau ketinggalan. Ada yang mengadakan apel besar, ada yang mengadakan pengajian dan turun langsung ke masyarakat. Lantas apa yang mereka tawarkan?
Dogma-dogma politik segera digulirkan, banyak partai politik atau simpatisan yang menganjurkan kepada rakyat untuk tidak Golput dalam pemilu mendatang. Janji-janji politik juga terucap dengan lantang, entah bagaimana nanti seandainya mereka terpilih menjadi anggota legislatif, apakah akan mewujudkan janji-janji tersebut ataukah malah sebaliknya mengaburkan semua janji yang pernah mereka tawarkan sehingga menjadikannya terpilih menjadi wakil rakyat.
Di satu sisi, antar partai besar saling serang kinerja pemerintahan saat ini. Meski kita tahu, seandainya mereka sendiri yang memimpin negeri ini belum tentu mereka bisa seperti pemerintahan saat ini. Ketidakberhasilan pemerintah saat ini benar-benar menjadi amunisi bagi mereka untuk menjatuhkan wibawa pemerintahan dan mencari simpati dengan janji-janji baru untuk perubahan di masa yang akan datang.
Tidak mau ketinggalan dengan partai-partai besar yang telah memiliki nama dan reputasi di negeri ini, partai-partai baru pun mengusung tema yang sama. Isu kemiskinan, isu melimpahnya kekayaan negeri ini yang hanya dapat dinikmati oleh segelintir orang, pendidikan yang belum dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, BBM, Sembako, dan segala permasalahan yang bersinggungan dengan kehidupan rakyat kecil. Semuanya berusaha untuk menarik simpatik Wong Cilik (rakyat kecil) agar mereka mau menerima program dan cita-cita yang diusung oleh partai mereka.
BLT: Sebuah Sandungan
Yang menarik dari semua isu-isu politik itu adalah bahwa dalam prakteknya apa yang mereka tawarkan kepada masyarakat ternyata malah bertentangan dengan tujuan pokok semula dari partai tersebut. Partai PDI-Perjuangan misalnya, dalam platform politiknya partai ini menyatakan sebagai partainya wong cilik, partai yang akan membela kepentingan wong cilik namun dalam setiap statemen kampanyenya malah sepertinya selalu bertentangan dengan keadaan masyarakat yang sesungguhnya. Bukannya mereka membela wong cilik yang katanya merupakan ruhnya perjuangan.
Isu tersebut adalah masalah Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dikeluarkan oleh pemerintah sekarang (yang notabene dianggap partai yang berkuasa). BLT dianggap membodohi rakyat, membuat rakyat menjadi manja dan tergantung pada pemberian pemerintah. Apakah ini bukan merupakan salah satu penyimpangan dari program partai tersebut? Ataukah ini memang keberhasilan dari kebijakan pemerintah saat ini? Sebagai buktinya adalah banyak masyarakat Indonesia yang dengan susah payah meski dibawah terik matahari yang panas, mereka rela mengantri di loket Kantor Pos untuk menerima BLT ini setiap tiga bulannya. Bahkan, program ini menjadi rebutan warga masyarakat kita, tidak hanya yang benar-benar miskin tetapi yang dirinya merasa miskin pun rela mengantri untuk mendapatkan jatah BLT tersebut dengan alasan kita semua sama-sama warga negara sehingga haknya sama, tidak hanya yang miskin sesuai data kependudukan.
Kondisi riil massyarakat Indonesia memang begini adanya, watak bangsa Indonesia yang sekian ratus tahun terbelenggu dalam penjajahan menjadikan masyarakatnya malas, dan lebih senang menerima sesuatu yang instan yang langsung dapat dinikmati saat itu juga. Lantas, mengapa partai besar sekaliber PDI-Perjuangan masih juga mengangkat isu tersebut untuk menjatuhkan pemerintah sekarang? apakah isu tersebut malah akan menjadi bumerang bagi partai PDI-Perjuangan.
Inilah kondisi nyata kehidupan politik di negeri ini, mengapa setiap partai politik utamanya partai-partai besar tidak sama-sama duduk dan mencari jalan pemecahan terbaik bagi negeri ini kedepan? bukannya saling menjatuhkan atas tindakan partai yang berkuasa sebelumnya. Jika kondisi ini terus dipertahankan oleh para petinggi partai politik, hasilnya kedepan bukannya baik malah sebaliknya rakyat akan dibingungkan siapakah yang harus dipercaya dan ujung-ujungnya kita akan terpecah dalam kotak-kota kecil yang ujung-ujungnya nanti adalah perpecahan bangsa ini.
Marilah kita semua berdoa agar pemilu 9 April 2009 ini berjalan dengan lancar dan hasilnya dapat benar-benar dirasakan oleh masyarakat Indonesia.
(tulisan ini telah dimuat di Suara Merdeka Cybernews, Kamis 26 Maret 2009)
0 comments:
Posting Komentar