KERAJAAN HINDU BUDHA DI INDONESIA
a.
TARUMANEGARA
v
Letak dan Corak serta Tahun Berdirinya
Kerajaan Tarumanegara atau taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah
berkuasa di wilayah pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4 sampai abad ke-7. Kerajaan
Tarumanegara didirikan oleh raja Dirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358M,
yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Kerajaan
Tarumanegara bercorak Hindu. Letak Kerajaan ini dulunya di sungai Cisadane
sebelah barat & sungai Citarum sebelah timur.
1. Jayasingawarman (358-382)
2. Dharmayawarman (382-395)
3. Purnawarman (395-434)
4. Wisnuwarman (434-455)
5. Indrawarman (455-515)
6. Candrawarman (515-535)
7. Suryawarman (535-561)
8. Kertawarman (561-628)
9. Sudhawarman (628-639)
10. Hariwangsawarman (639-640)
11. Nagajayawarman (640-666)
12. Linggawarman (666-669)
v
Latar Belakang Raja Purnawarman
Raja Purnawarman yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam
catatan sejarah adalah Purnawarman. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian
Sungai Gomati dan Candrabaga(Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak (sekitar 11
km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan
1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Penggalian saluran air ini sangat besar
artinya, karena merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar
pengairan sawah-sawah pertanian rakyat. Hasil pertanian tersebut memajukan
perekonomian.
v
Kehidupan Sosial
Kehidupan gotong royong dalam kehidupan masyarakat Tarumanegara
berkembang dengan baik. Hal ini terlihat dengan adanya penggalian saluran
Gomati. Sebagian masyarakat beragama Hindu dan Buddha, sedangkan sebagian
masyarakat yang lainya masih menganut agama asli.
v
Politik dan Pemerintahan
Seperti Kerajaan Kutai, sumber sejarah politik dan pemerintahan Kerajaan
Tarumanegara kurang jelas. Meskipun demikian, catatan dari Fa-Hien (sejarawan)
mengatakan Tarumanegara mampu menciptakan stabilitas politik di wilayahnya.
Kondisi itu dibuktikan dari laporannya tentang cukup majunya perekonomian
kerajaan tersebut. Kuatnya pemerintahan dibuktikan oleh informasi prasasti
mengenai proyek penggalian saluran Gomati dan sungai Candrabhaga. Proyek itu
membutuhkan tenaga manusia yang cukup besar, sehingga mungkin terselenggara
oleh pemerintahan yang berwibawa, yang kekuasaanya diakui rakyatnya. Karena
merupakan kerajaan, kekuasaan raja bersifat mutlak. Hal itu tergambar dari
pengakuan Raja Purnawarman sebagai jelmaan Dewa Wisnu.
v
Berakhirnya Kerajaan Tarumanegara
Runtuhnya kerajaan Tarumanegara bermula dari kepercayaan yang diberikan
oleh sang raja kepada pemerintah daerah di bawah raja, untuk mimimpin
wilayahnya sendiri. Lalu, kebiasaan memberikan warisan wilayah atau daerah
kepada putra dan putri mahkota, yang lantas membuat kerajaan baru diwilayahnya
tersebut. Hal itu membuat kekuasaan raja menjadi lemah dan gampang diserang
musuh. Tahun 669 M, raja Linggawarman yang menjadi raja terakhir, meyerahkan
kekuasaan kepada menantunya yang berasal dari kerajaan Sriwijaya. Lantas,
berakhirlah pemerintah dalam nama Tarumanegara berganti menjadi kerajaan Sunda.
v
Peninggalan
Prasasti : Kerajaan Tarumanegara meninggalkan tujuh prasasti, yaitu:
1.
Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai
Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan
huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam
bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam
laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman. Gambar telapak kaki
pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:
· Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut
(tempat ditemukannya prasasti tersebut).
· Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang
(biasanya penguasa) sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti
menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap
sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat.
2.
Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau
prasasti Pasir
Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km
sebelah barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf
Pallawa serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja
Mulawarman.
3.
Prasasti Kebon kopi
Prasasti Kebonkopi
ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor . Yang menarik
dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan
tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu.
4.
Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara
Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat
dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.
5.
Prasasti Pasir awi
Prasasti Pasir Awi
ditemukan di daerah Leuwilia, Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan
dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara) juga berpahatkan
gambar sepasang telapak kaki.
6.
Prasasti Cidanghiyang
Prasasti Cidanghiyang
atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi sungai Cidanghiang,
kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang, Banten. Prasasti ini baru ditemukan
tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan
bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja
Purnawarman.
7.
Prasasti Tugu
Prasasti Tuguditemukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta
Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang meling kar dan isinya paling panjang dibanding
dengan prasasti Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui
dari prasasti tersebut. Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah
:
· Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab
yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua buah sungai
tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut
Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang
istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.
· Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap
dengan angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang
diduga sama dengan bulan Februari dan April.
·
Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya
upacara selamatan oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan
raja.
Candi :
Candi Jiwo adalah salah satu peninggalan Kerajaan Tarumanegara
C.
HOLING
LETAK KERAJAAN HOLING
Pada abad ke-7 berdiri suatu kerajaan yang bernama Kalingga /
Holing. Letak kerajaan kalingga hingga kini belum dapat di pastikan. Hal itu di
sebabkan karena adanya beberapa pendapat yang yang berbeda dalam membahas letak
kerajaan tersebut, di antaranya :
a)
Menurut berita Cina yang
berasal dari Dinasti Tang menyebutkan bahwa letak kerajaan kalingga berbatasan
dengan laut sebelah selatan, Tan-Hen-La (Kamboja) di sebelah utara, Po-Li
(Bali) di sebelah timur, dan To-Po-Teng di sebelah barat. Nama lain dari Holing
adalah Cho-Po (jawa) sehingga berdasarkan berita cina tersebut dapat di
simpulkan bahwa kerajaan kalingga / holing terletak di pulau jawa, khususnya
jawa tengah.
b)
Dalam menentukan letak
kerjaan kalingga / holing, J.L. Moens meninjau dari segi perekonomian, yaitu
pelayaran dan perdagangan. Alasannya, selat malaka merupakan selat yang sangat
ramai dalam aktivitas pelayaran perdagangan. Pendapat J.L. Moens ini di perkuat
dengan di pertemukannya sebuah daerah di Semenanjung Malaya yang bernama
Keling.
PENINGGALAN KERAJAAN HOLING
Salah satu peninggalan kerajaan kalingga / holing adalah prasasti
tukmas. Prasasti ini di temukan di Desa Dakwu tepatnya di daerah Grobogan
Purwodadi di Lereng gunung merbabu di jawa tengah. Prasasti ini bertuliskan
huruf pallawa berbahasa sansekerta yang menceritakan tentang mata air yang
bersih dan jernih. Selain itu, prasasti ini juga memiliki gambar- gambar
seperti kendi, trisula, kapak, kelasangka, cakra, dan bunga teratai yang
merupakan lambing keeratan hubungan manusia dengan para
dewa.
ASPEK KEHIDUPAN PEMERINTAHAN KERAJAAN HOLING
a) Kehidupan Politik
Berdasarkan berita cina di sebutkan bahwa
kerajaan kalingga / holing di perintah oleh seorang raja putri yang bernama
Ratu Sima. Pemerintahan Ratu Sima sangat keras namun adil dan bijaksana. Kepada
setiap pelanggar, Ratu Sima selalu memberikan sanksi yang tegas. Rakyat tunduk
dan patuh terhadap segala perintah Ratu Sima bahkan tidak seorang pun rakyat
maupun pejabat kerajaan yang melanggar segala perintahnya.
b) Kehidupan Ekonomi
Kehidupan perekonomian masyarakat kerajaan kalingga / holing
berkembang pesat. Masyarakat kerajaan kalingga telah mengenal hubungan
perdagangan. Mereka menjalin hubungan perdagangan pada suatu tempat yang di
sebut dengan pasar. Pada pasar itu, mereka mengadakan hubungan dengan teratur.
Selain itu, kegiatan ekonomi masyarakat lainnya, di antaranya bercocok tanam,
menghasilkan kulit, penyu, emas, perak, cula badak, dan gading serta membuat
garam. Kehidupan masyarakat holing tentram. Hal itu di sebabkan karena di
Holing tidak ada kejahatan dan kebohongan. Berkat kondisi itu, rakyat Holing
memperhatikan pendidikan. Hal itu terbukti dengan adanya rakyat Holing telah
mengenal tulisan dan ilmu perbintangan.
c) Kehidupan Agama
Kerajaan kalingga merupakan kerajaan yang sangat terpengaruh oleh
ajaran Budha. Oleh karena itu, Holing menjadi pusat pendidikan agama Budha.
Holing memiliki seorang pendeta yang bernama Jnanabhadra. Hal itu menyebabkan
masyarakat Holing mayoritas beragama Budha.
Pada suatu hari, seorang pendeta Budha dari Cina berkeinginan
menuntut ilmu di Holing. Pendeta itu bernama Hou-ei-Ning. Ia pergi Holing untuk
menerjemahkan kitab Hinayana dari bahasa sansekerta ke bahasa Cina.
SUMBER SEJARAH
1) Berita Dari Cina
Pendeta I-Tsing menyatakan bahwa pendeta Hwining dan Yunki
(pembantu pendeta Hwining) pergi ke Holing pada tahun 664 untuk mempelajari
ajaran agama Budha. Ia juga menerjemahkan kitab suci agama Budha dari bahasa
sansekerta ke bahasa Cina. Kitab yang ia terjemahkan merupakan bagian terakhir
dari kitab Varinirvana yang mengisahkan tentang pembukaan jenazah sang Budha.
dalam
2) Prasasti Tukmas
HUBUNGAN KERAJAAN HOLING DENGAN NEGERI LUAR
Pada masa Chen-kuang, raja holing bersama raja To-ho-lo
To-p’o-teng menyerahkan upeti ke Cina. Upeti tersebut disambut baik oleh kaisar
Chen-kuang. Oleh karena itu, kaisar cina mengirimkan balasan yang dibubuhi cap
kerajaan kepada mereka. Selain itu, kaisar cina juga memberikan kuda-kuda
terbaik kepada raja
To-ho-lo.
Pada tahun 813 Masehi, raja holing mengirim upeti lagi ke cina.
Utusan tersebut mempersembahkan empat budak sheng-chih, burung kakatua, dan
burung p’in- chiat serta benda-benda lainnya. Kaisar amat berkenan hatinya
sehingga ia memberikan gelar kehormatan kepada utusan tersebut. Tetapi utusan
tersebut memohon agar gelar kehormatan itu diberikan kepada adiknya saja.
Kaisar sangat terkesan dengan sikap utusan tersebut sehingga ia memberikan
gelar kehormatan kepada keduanya.
MASA KEJAYAAN
Pada tahun 674 Masehi, kerajaan kalingga/holing diperintah oleh
seorang raja putri yang bernama Ratu Sima. Ratu sima merupakan raja yang
terkenal di pemerintahan kerajaan holing. Dibawah kekuasaan Ratu sima ini,
kerajaan kalingga/holing mengalami masa kejayaan. Pada saat itu, semua rakyat
hidup dengan tenteram dan makmur. Mereka tunduk dan patuh terhadap segala
perintah ratu sima bahkan tidak ada seorang pun rakyat atau pejabat kerajaan
yang berani melanggarnya.
Pada suatu hari, ada seorang raja yang sangat penasaran dengan
kejujuran rakyat holing. Raja itu bernama Raja Tache. Ia berkeinginan untuk
menguji kejujuran rakyat holing. Untuk membuktikannya, raja Tache mengirim
utusan ke holing. Utusan tersebut diperintahkan untuk meletakkan pundi-pundi
emas secara diam-diam di tengah jalan dekat keramaian pasar. Tetapi tidak ada
seorang pun yang berani menyentuh pundi-pundi emas tersebut hingga 3 tahun
lamanya. Namun, pada suatu hari sang putera mahkota sedang berjalan-jalan
melewati pasar tersebut. Ketika berjalan, kaki putera mahkota tidak sengaja
menyenggol pundi-pundi emas. Salah seorang warga melihat kejadian itu dan ia
melaporkan kepada pemerintah kerajaan. Laporan tersebut terdengar oleh ratu
sima. Ia langsung memerintahkan kepada hakim untuk membunuh anaknya sendiri.
Ratu sima menganggap itu merupakan tindakan kejahatan pencurian. Beberapa patih
kerajaan tidak setuju dengan keputusan yang diambil oleh ratu sima. Mereka
mengajukan pembelaan untuk putera mahkota kepda ratu sima. Mereka meminta agar
putera mahkota tidak dibunuh melainkan hanya dipotong kakinya saja. Pembelaan
patih kerajaan disetujui oleh ratu sima. Oleh karena itu, untuk menebus
kesalahan kaki putera mahkota dipotong.
D. MATARAM
KUNO
v Letak,Corak,
dan Tahun Berdirinya
|
Letak :
Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan b
erdiri sejak awal abad ke-8. Pada awal
berdirinya, kerjaan ini berpusat di Jawa Tengah. Akan tetapi, pada abad ke-10
pusat Kerajaan Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur.
Corak :
Hindu dan Buddha
Tahun
Berdirinya Tahun 732 ( diperkirakan abad ke-8) Kerajaan Mataram Kuno bermula
sejak pemerintahan Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Ia memerintah Kerajaan Mataram Kuno hingga 732M.
v Raja raja yang pernah berkuasa
Selama 178 tahun berdiri, kerajaan mataram kuno dipimpin oleh raja-
raja, yaitu;
1. Rakai
Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
2. Sri
Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
3. Sri
Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
4. Sri
Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
5. Sri
Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
6. Sri
Maharaja Rakai Pikatan (840-863 M)
7. Sri
Maharaja Rakai Kayuwangi (863-882 M)
8. Sri
Maharaja Rakai Watuhumalang (882-898 M)
9. Sri
Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910 M)
v Kehidupan
Sosial
Kerajaan
Mataram Kuno meskipun dalam praktik keagamaannya terdiri atas agama Hindu dan
agama Buddha, masyarakatnya tetap hidup rukun dan saling bertoleransi. Sikap
itu dibuktikan ketika mereka bergotong royong dalam membangun Candi Borobudur. Masyarakat
Hindu yang sebenarnya tidak ada kepentingan dalam membangun Candi Borobudur,
tetapi karena sikap toleransi dan gotong royong maka mereka turut bekerja juga
dalam pembangunan tersebut.
Keteraturan
kehidupan sosial di Kerajaan Mataram Kuno juga dibuktikan adanya kepatuhan
hukum pada semua pihak. Peraturan hukum yang dibuat oleh penduduk desa ternyata
juga di hormati dan dijalankan oleh para pegawai istana. Semua itu bisa
berlangsung karena adanya hubungan erat antara rakyat dan kalangan istana.
v Kehidupan Politik
Untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, Mataram Kuno menjalin
kerjasama dengan kerajaan tetangga, misalnya Sriwijaya, Siam dan India. Selain
itu, Mataram Kuno juga menggunakan sistem perkawinan politik. Contohnya; pada
masa pemerintahan Samaratungga yang berusaha menyatukan kembali Wangsa
Syailendra dan Wangsa Sanjaya dengan cara anaknya yang bernama
Pramodyawardhani(Wangsa Syailendra) dinikahkan dengan Rakai Pikatan (Wangsa
Sanjaya). Dengan
adanya perkawinan politik ini, maka jalinan kerukunan beragama antara Hindu
(Wangsa Sanjaya) dan Buddha (Wangsa Syailendra) semakin erat.
v Kehidupan Pemerintahan
Kerajaan mataram merupakan kerajaan yang system
pemerintahanya adalah kerajaan. System ini digunakan sejak berdirinya mataram
kuno di abatd ke-8 hinaga runtuhnya di abad ke-11, Sistem ini dikenal dengan
dinasti; dinasti Sanjaya, Pemerintahan dipegang oleh raja,Di mataram kuno
terdapat beberpa bagian raja yaitu; Datu dan Sri Maharaja
Mataram kuno sejak abad ke-9 sudah menggunakan mata
uang berupa emas dan perak untuk melakukan kegiatan perdangan. Dimana uang pada
masa itu disebut tahil jawa. Dari sistem pemerintahan tersebut terdapat
beberapa raja yang telah memerintah dibawah ini terdapat raja yang bergelar
ratu dan Sri Maharaja yang memerintah mataram kuno Sanjaya, pendiri
Kerajaan Medang memerintah dari 723 M, Rakai Panangkaran, awal berkuasanya
Wangsa Syailendra 770 M, Rakai Panunggalan alias Dharanindra, Rakai Warak alias
Samaragrawira, Rakai Garung alias Samaratungga
Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal
kebangkitan Wangsa Sanjaya 840 M, Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala berkuasa
mulai dari 856 M – 880 M, Rakai Watuhumalang, Rakai Watukura Dyah Balitung, Mpu
Daksa, Rakai Layang Dyah Tulodong, Rakai Sumba Dyah Waw
v Kehidupan Kebudayaan Hindu-Buddha
Semangat kebudayaan masyarakat Mataram Kuno sangat tinggi. Hal itu
dibuktikan dengan banyaknya peninggalan berupa prasasti dan candi. Prasasti
peniggalan dari Kerajaan Mataram Kuno, seperti prasasti Canggal (tahun 732 M),
prasasti Kelurak (tahun 782 M), dan prasasti Mantyasih (Kedu).
Selain itu, juga dibangun candi Hindu, seperti candi Bima, candi Arjuna,
candi Nakula, candi Prambanan, candi Sambisari, cadi Ratu Baka, dan candi
Sukuh. Selain candi Hindu, dibangun pula candi Buddha, misalnya candi
Borobudur, candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, dan candi
Mendut.
v Proses Kehancuran
Kemunduran kerajaan Mataram Kuno disebabkan karena kedudukan ibukota
kerajaan yang semakin lama semakin lemah dan tidak menguntungkan. Hal ini
disebabkan oleh:
1.
Tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit
berhubungan dengan dunia luar
2.
Sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung
Merapi
3.
Mendapat ancaman serangan dari kerajaan Sriwijaya
Oleh karena itu pada tahun 929 M ibukota Mataram Kuno dipindahkan ke
Jawa Timur (di bagian hilir Sungai Brantas) oleh Empu Sindok. Pemindahan
ibukota ke Jawa Timur ini dianggap sebagai cara yang paling baik. Selain Jawa
Timur masih wilayah kekuasaan Mataram Kuno, wilayah ini dianggap lebih
strategis. Hal ini mengacu pada letak sungai Brantas yang terkenal subur dan
mempunyai akses pelayaran sungai menuju Laut Jawa. Kerajaan itu kemudian
dikenal dengan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur atau Kerajaan Medang
Kawulan.
v Peninggalan
Komplek Candi Dieng di Wonosobo, JawaTengah, merupakan peninggalan candi
Hindu pada masa Kerajaan Mataram Kuno.
Salah satu sumber sejarah yaitu prasasti Canggal & prasati
Metyasih/Balitung. Kerajaan ini menggunakan bahasa Sansakerta
E.
SRIWIJAYA
Dapunta Hyang Sri Jayanasa Pendiri
Kerajaan Sriwijaya. Dalam kisah kerajaan Sriwijaya disebutkan bahwa
pendirinya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
Berdasarkan babad Sriwijaya dan prasasti-prasasti Siddhayatra, Dapunta (prasasti Sojomerto bertanggal akhir abad ke 7) Hyang (nama asli Nusantara untuk roh leluhur tinggi) Sri Jayanasa (prasasti Talang Tuwo bertanggal 684 M) merupakan pendiri dan raja pertama dari Kedatuan Sriwijaya. Menurut kisah I-Tsing yang dipadukan dengan prasasti-prasati di Kedukan Bukit (605 Saka / 683 M), Kota Kapur & Karang Brahi (686 M), dan Palas Pasemah (tanpa tahun), Dapunta melakukan perjalanan suci dengan menaklukkan berbagai wilayah dengan menggunakan armada kapal, dimulai dari Minanga Tamwan ke Matajap dengan membawa 20.000 prajurit. Berdasarkan babad Sriwijaya, Dapunta menaklukkan daerah mulai dari Palembang, Malaya, Jambi, Bangka, Lampung, dan berujung pada kerajaan Tarumanagara (Dapunta menikah dengan Sobakancana, putri Raja Tarumanagara terakhir, Linggawarman).
Berdasarkan babad Sriwijaya dan prasasti-prasasti Siddhayatra, Dapunta (prasasti Sojomerto bertanggal akhir abad ke 7) Hyang (nama asli Nusantara untuk roh leluhur tinggi) Sri Jayanasa (prasasti Talang Tuwo bertanggal 684 M) merupakan pendiri dan raja pertama dari Kedatuan Sriwijaya. Menurut kisah I-Tsing yang dipadukan dengan prasasti-prasati di Kedukan Bukit (605 Saka / 683 M), Kota Kapur & Karang Brahi (686 M), dan Palas Pasemah (tanpa tahun), Dapunta melakukan perjalanan suci dengan menaklukkan berbagai wilayah dengan menggunakan armada kapal, dimulai dari Minanga Tamwan ke Matajap dengan membawa 20.000 prajurit. Berdasarkan babad Sriwijaya, Dapunta menaklukkan daerah mulai dari Palembang, Malaya, Jambi, Bangka, Lampung, dan berujung pada kerajaan Tarumanagara (Dapunta menikah dengan Sobakancana, putri Raja Tarumanagara terakhir, Linggawarman).
Sriwijaya merupakan 3 kerajaan
terbesar di wilayah Sumatra. Dua kerajaan yang lain adalah kerajaan Tulang
Bawang dan kerajaan Melayu.
Kerajaan Srwijaya melewati dua masa
dalam perkembangannya, yaitu:
1. Pada awal pertumbuhannya sebagian
penduduknya hidup bertani dan berpusat
di muara sungai Kampar.
2. Pada masa pertumbuhannya
Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan Maritim
dan Sriwijaya
mampu menguasai tempat perdagangan baik nasional ataupun
Internasional.
Juga menguasai jalur perdagangan antara lain pelayaran ke India
LETAK KERAJAAN SRIWIJAYA
Dari prasasti dan peninggalan yang ditemukan dapat dirimpulkan bahwa pusat
kerajaan Sriwijaya selalu berpindah-pindah. Mula-mula di Minangatmwan, sekitar
Muara Takus di Riau lalu pindah ke Jambi kemudian ke Palembang.
KEJAYAAN SRWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada abad ke-7 dan ke-8. Raja yang
terbesar pada masa Sriwijaya adalah Balaputradewa. Sejak pemerintahan Darmasetu
Sriwijaya membangun kerajaan menjadi besar. Dengan armada lautnya yang kuat
Sriwijaya menguasai jalur perdagangan. Hal ini dikarenakan:
1. Leteknya strategis
2. Sriwijaya menguasai selat Malaka,
Sunda, semenanjung Malaka dan tanah
genting sebagai
pusat perdagangan.
4. Melimpahnya hasil bumi Sriwijaya
( rempah-rempah dan emas )
Kejayaan Srwijaya terlihat pada bidang:
1. Agama, kerajaan Sriwijaya menjadi
pusat agama Budha Mahayana di kawasan
Asia Tenggara.
2. Ekonomi, Sriwijaya menguasai lalu
lintas laut, antara lain pelayaran ke India
dan menguasai
beberapa bandar di Malaya
3. Politik, Sriwijaya buka hanya
kerajaan senusa artinya hanya menguasai satu
pulau melainkan
negara antar nusa yang artinya menguasai beberapa pulau.
RAJA-RAJA SRIWIJAYA
Dari prasasti Nalanda ( India ) disebutkan bahawa raja Balaputradewa adalah
cucu dari raja Sriwirawairimathana dari keluarga Sailendra. Ayahnya bernama
Samaratungga yang kawin dengan Dewi Tara putri dari raja Darmasetu.
Samaratungga memerintah tahun 824 M. Karena Balaputradewa perang dengan Rakai
Pikatan memperebutkan tahta menggantikan Samaratungga dan dimenangkan oleh
Rakai Pikatan lalu Balaputradewa melarikan diri ke Sriwijaya lalu diangkat
menjadi raja. Raja terakhir Sriwijaya adalah Marawijaya Tunggawarman.
MASA KERUNTUHAN KERAJAAN SRIWIJAYA
Pada saat Sriwijaya diperintah oleh Marawijaya Tunggawarman putra dari Sri
Sudamaniwarmadewa telah menjalin kerjasama dengan Kerajaan Colamandala India
selatan, hubungan kerjasama itu memburuk dikarenakan karena raja Coalmandala
yang iri melihat perkembangan Sriwijaya yang sangat pesat. Sriwijaya diserang
oleh raja Rajendracola ( Colamandala ) pada tahun 1023 Raja Sriwijaya dapat
ditahan. Keruntuhan Sriwijaya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Negara taklukkanya melepaskan
diri seperti Ligor, Tanahkra, Tahang dll
2. Mundurnya perekonomian Sriwijaya
karena bandar-bandar penting sudah
melepaskan diri
3. Berulang kali diserang oleh
kerajaan Thailand yang mengarahkan kekuasaanya
ke arah selatan.
Dan pengaruh kerajaan Singasari yang hubungan dengan
Kerajaan Melayu.
BUKTI-BUKTI ADANYA KERAJAAN
SRIWIJAYA
a. Prasasti
1. Prasasti kedukan bukit ( 683 M )
Prasasti ini ditemukan di kedukan bukit di tepi sungai tatang dekat Palembang.
Isinya menceritakan bahwa pada tahun 683 M ada seorang yang bernama Dapunta
Hiyam mengadakan perjanjian suci dengan membawa 20.000 tentara, berangkat dari
Minanggatamwan denagn naik perahu sedangkan tentara sebanyak 1312 lewat jalan
darat. Datang di Melayu dan akhirnya kota Sriwijaya.
2.
Prasasti Talang Tuo ( 684 M )
Prasasti ini ditemukan di Talang Tuo dekat Palembang. Isinya menyebutkan bahwa
atas perintah Dapunta Hiyam telah dibuat taman yang disebut Sriksetra untuk
kemakmuran semua makhluk. Disamping itu juga ada doa-doa yang bersifat Budha
Mahayana.
3. Prasasti Palas Pasemah
Prasasti ini ditemukan di Lampung selatan. Isinya menebutkan bahwa daerah
Lampung selatan saat ini sudah di duduki Sriwijaya.
4. Prasasti Kota Kapur
Prasasti ini di temukan di Bangka. Isinya yaitu tentang permohonan kepada dewa
agar menjaga keamanan dan keselamatan bagi kerajaan Sriwijaya. Dalam parasasti ini
juga di jelaskan bahwa Sriwijaya berusaha keras memperluas kekuasaanya.
5. Prasasti Rajendracolah
Prasasti ini menceritakan masa keruntuhan Sriwijaya. Prasasti ini ada di India
bagian selatan.
6. Prasasti Karang Berahi
Prasasti ini ditemukan di Jambi. Isinya hampir sama dengan Prasasti Kota Kapur.
b. Berita-berita
1. Berita Cina
Isinya bahwa pada tahun 671 M I-Tsing telah singgah di Sriwijaya dalam
perjalanan ke India. Kemudian pada tahun 685 M ia datang lagi ke Sriwijaya
untuk menterjemahkan kitab agama Budha. Jadi pada abad ke-7 M Sriwijaya telah
berkembang menjadi pusat kegiatan agama Budha di Asia Tenggara.
2.Berita Chau-Yu-Kua
Isinya
tentang masa keruntuhan Sriwijaya pada abad ke-12.Cikal bakal keberadaan kerajaan yang terletak di seputar kota Palembang, Sumatera Selatan sekarang ini menurut catatan sudah ada pada tahun 500-an. Kerajaan ini terdiri atas tiga daerah utama: daerah ibukota yang berpusatkan di sekitar Palembang, lembah Sungai Musi dan daerah-daerah muara.Mengingat lokasinya, kerajaan ini diperkirakan menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim penting pada abad keenam.
Bahkan pada sekitar tahun 425 agama Buddha sudah diperkenalkan di Sriwijaya. Sriwijaya – tepatnya Palembang - menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Ching, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya ke Universitas Nalanda, India pada tahun 671 dan 695. Ia menuliskan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi ribuan sarjana Budha. Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan.
I Ching banyak menulis tentang keberadaan Sriwijaya. Catatannya kemudian menjadi bahan penting untuk mengetahui keberadaan kerajaan ini.
Selain catatan tersebut, bukti lain tentang keberadaan Sriwijaya bisa ditemui dari berbagai peninggalan. Antara lain prasasti . Prasasti yang menuliskan tentang Sriwijaya antara lain dibuat pada tahun 683 di Palembang. Namanya Prasasti Kedukan Bukit .
Pendiri Sriwijaya
Menurut Prasasti Kedukan Bukit, Kerajaan Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa . Ia memimpin 20.000 tentara di Minanga Tamwan (Ibu Kota Kerajaan Melayu ) yang diliputi perasaan senang karena kemenangan menaklukkan Kerajaan Malayu . Pada tahun 680 di bawah kepemimpinan Jayanasa, wilayah Kerajaan Melayu, Jambi dan Bengkulu takluk di bawah Sriwijaya.,
Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara berada di bawah pengaruh Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa (dinasti) Sailendra mulai berkuasa di Jawa Tengah. Ia merupakan keturunan langsung Sriwijaya.
Berdasarkan prasasti Kota Kapur , Sriwijaya menguasai bagian selatan Sumatera hingga Lampung. Kerajaan ini menguasai perdagangan di Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.
Perluasan wilayah ke Jawa dan Semenanjung Melayu (Malaysia), menjadikan Sriwijaya menguasai dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Catatan atau bukti peninggalan Sriwijaya memang tersebar di berbagai negara yang berada dalam kekuasaannya. Ada di Thailand, Kamboja, Vietnam, selain di beberapa provinsi di Sumatera, Jawa dan Kalimantan.
Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah kendali Palembang. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri imperium Khmer, memutuskan hubungan dengan kerajaan di abad yang sama.
Samaratungga dan Borobudur
Pada masa Samaratungga berkuasa, 792 sampai 835, ia lebih memusatkan perhatian pada penguasaan wilayah di Pulau Jawa. Pada masa kepemimpinannya itulah Candi Borobudur di Jawa dibangun dan selesai pada tahun 825.
Pada abad ke-12, luas wilayah Sriwijaya meliputi Sumatera, Sri Lanka, Malaysia (Kelantan, Kedah, Pahang, misalnya), Jawa Barat, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan Filipina. Dengan penguasaan tersebut, kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim besar hingga sekitar tahun 1200.
Kekuatan Sriwijaya mulai pudar pada sekitar tahun 1000. Rajendra Chola, Raja Chola dari Koromandel, India Selatan menyerang Sriwijaya dalam tiga gelombang. Yang pertama tahun 1017. Pada penyerangan kedua tahun 1025 pasukan India Selatan menaklukkan Kedah dari Sriwijaya dan menguasainya. Pada tahun 1068 hampir seluruh wilayah Sriwijaya diserang.
Meskipun serbuan Chola tidak berhasil sepenuhnya, tetapi serangan-serangannya memberi dampak yang sangat besar. Beberapa negara kecil yang tadinya berada di bawah kekuasaan Sriwijaya – Kadiri di Jawa misalnya - melepaskan diri.
Pada tahun 1288, Kerajaan Singhasari (penerus kerajaan Kadiri di Jawa) melakukan “Ekspidisi Pamalayu”. Ekspidisi di sini bisa berarti “penyerangan”. Ekspidisi Pamalayu berhasil meruntuhkan Palembang dan Jambi.
Selanjutnya, pada tahun 1293 Sriwijaya tunduk pada kekuasaan Kerajaan Majapahit. Raja Majapahit, keempat, Hayam Wuruk, menyerahkan kekuasaan atas wilayah Sriwijaya kepada Pangeran Adityawarman, seorang peranakan Minang dan Jawa.
Pada tahun 1402, Parameswara, pangeran terakhir Sriwijaya mendirikan Kesultanan Malaka di Semenanjung Malaysia.Pada pergantian abad itulah keberadaan Sriwijaya sebagai sebuah kerajaan berakhir.
Raja-raja Sriwijaya
683 Jayanasa
702 Indrawarman
728 Rudra Wikraman
790 Dharmasetu
775 Sangramadhananjaya
792 Samaratungga
835 Balaputra
960 Sri Uda Haridana atau Sri Udayadityawarman
961 Sri Wuja atau Sri Udayadityan
980 Hia-Tche
988 Sri Culamaniwarmadewa
1008 Sri Marawijayottungga
1017 Sumatrabhumi
1025 Sangramawijayottungga
1028 Sri Dewa
1064 Dharmawira
1156 Sri Maharaja
1178 Trailokaraja Maulibhusana Warmadewa
1183-1251 Belum ada catatan tentang raja Sriwijaya pada masa itu
F.
MELAYU
1.
Kerajaan Melayu
~
Digolongkan sebagai kerajaan tertua di Indonesia.
~
letak
Sumatra
bagian Selatan, berpusat di daerah Jambi di tepi kanan – kiri Sungai Batanghari
.
~ SUMBER SEJARAH
~ SUMBER SEJARAH
Berasal
dari sumber Cina karena tidak ditemukan prasasti. Musafir Cina I-Tsing (671-695
M) menyatakan bahwa pada abad ke-7 M secara politik Kerajaan Melayu dimasukkan
ke dalam Kerajaan Sriwijaya.
~
Peninggalan Sejarah
Patung
Amoghapasa (patug Buddha) hadiah dari penguasa Jawa Timur pada abad ke-13 M, ditemukan di Jambi.
Kerajaan Melayu atau dalam bahasa Cina
ditulis Ma-La-Yu (末羅瑜國) merupakan sebuah nama kerajaan yang berada di Pulau Sumatera. Dari bukti dan keterangan yang disimpulkan dari prasasti dan berita
dari Cina, keberadaan kerajaan yang mengalami naik turun ini dapat di diketahui
dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di Minanga, pada abad ke-13 yang berpusat di Dharmasraya dan diawal abad ke 15 berpusat di Suruaso atau Pagaruyung.
Kerajaan ini berada di pulau Swarnadwipa
atau Swarnabumi (Thai:Sovannophum) yang oleh para pendatang disebut sebagai pulau emas
yang memiliki tambang emas, dan pada awalnya mempunyai kemampuan dalam
mengontrol perdagangan di Selat Melaka sebelum direbut oleh Kerajaan
Sriwijaya (Thai:Sevichai) pada tahun 682.
Peta Kerajaan Melayu kuno
Penggunaan kata Melayu, telah dikenal
sekitar tahun 100-150 seperti yang tersebut dalam buku Geographike Sintaxis
karya Ptolemy yang menyebutkan maleu-kolon. Dan kemudian dalam kitab
Hindu Purana pada zaman Gautama Buddha terdapat istilah Malaya dvipa
yang bermaksud tanah yang dikelilingi air.
Lokasi
Pusat Kerajaan :
Dari uraian I-tsing jelas sekali bahwa
Kerajaan Melayu terletak di tengah pelayaran antara Sriwijaya dan Kedah. Jadi
Sriwijaya terletak di selatan atau tenggara Melayu. Hampir semua ahli sejarah
sepakat bahwa negeri Melayu berlokasi di hulu sungai Batang Hari, sebab pada
alas arca Amoghapasa yang ditemukan di Padangroco terdapat prasasti bertarikh
1208 Saka (1286) yang menyebutkan bahwa arca itu merupakan hadiah raja
Kertanagara (Singhasari) kepada raja Melayu.
Prof.
Slamet Muljana berpendapat, istilah Malayu berasal
dari kata Malaya yang dalam bahasa Sansekerta bermakna “bukit”. Nama sebuah kerajaan biasanya merujuk pada nama ibu
kotanya. Oleh karena itu, ia tidak setuju apabila istana Malayu terletak di
Kota Jambi, karena daerah itu merupakan dataran rendah. Menurutnya, pelabuhan
Malayu memang terletak di Kota Jambi, tetapi istananya terletak di pedalaman
yang tanahnya agak tinggi. Dan menurut prasasti Tanjore yang dikeluarkan oleh Rajendra Chola I bertarikh 1030, menyebutkan bahwa ibu kota kerajaan Malayu dilindungi
oleh benteng-benteng, dan terletak di atas bukit.
Dari keterangan Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, ahli geografi Persia, yang pernah mengunjungi Asia Tenggara tahun 1030 dan menulis catatan perjalanannya dalam Tahqiq ma li l-Hind (Fakta-fakta di Hindia) yang menyatakan bahwa ia mengunjungi suatu negeri yang terletak pada garis khatulistiwa pulau penghasil emas atau Golden Khersonese yakni pulau Sumatera.
Nama – Nama Raja Melayu
1183- Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa
1286- Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa
Dari keterangan Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, ahli geografi Persia, yang pernah mengunjungi Asia Tenggara tahun 1030 dan menulis catatan perjalanannya dalam Tahqiq ma li l-Hind (Fakta-fakta di Hindia) yang menyatakan bahwa ia mengunjungi suatu negeri yang terletak pada garis khatulistiwa pulau penghasil emas atau Golden Khersonese yakni pulau Sumatera.
Nama – Nama Raja Melayu
1183- Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa
1286- Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa
Sumber Sejarah :
Sejarah melayu mancakup dimensi yang luas,
dengan rentang masa yang panjang. Jika kerjaan kutai di anggap sebagai kerajaan
tertua dalam sejarah, maka awal fase awal sejrah melayu adalah sekitar abad
ke-4 atau ke-5M. Sejrah yang dimaksud disini adalah kejadian atau peninggalan
sejarah yang, baik berupa manuskrip, prasasti, sejrah lisan maupun artefak.
Dalam portal ini, sejarah melayu tersebut di bagi menjadi tiga kategori 1,
sejarah tentang kerajaan 2, naskah dan 3, peninggalan sejarah di situs sejarah
seperti, candi, masjid, istana maupun makam.
1. Kerajaan Melayu
Kerajaan Melayu yang dimaksud adalah kerajaan yang pernah beridiri di kawasan Melayu, baik di Indoensia maupun di luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina dan Brunai. Kerajaan-kerajaan tersebut menggunakan dan mengembangkan kebudayaan Melayu di kawasan mereka. Ringkasnya, mereka menjadikan kebudayaan Melayu sebagai identitas budaya, ekonomi, sosial dan politik. Rentang masa yang cukup panjang, dan cakupan wilayah yang luas menjadikan kerajaan-kerajaan tersebut memiliki kekhasan tersendiri, walaupun mereka disatukan oleh satu rumpun kebudayaan yang sama, yaitu kebudayaan Melayu.
2. Naskah Sejarah
Naskah merupakan peninggalan tertulis yang menceritakan tentang hal-ihwal suatu masa tertentu di masa lalu. Naskah sejarah dalam yang dimaksud, dibagi dalam dua kategori yaitu prasasti dan manuskrip. Di antara prasasti yang telah di temukan adalah Batu Bersurat, Kedukaan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur dan Karang Berahi, peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Sementara manuskrip yang ada, berkaitan dengan agama, adat, hikayat, silsilah, pengobatan dan sejarah itu sendiri, dan merupakan peninggalan tokoh-tokoh zaman dahulu, sebagian besar antara abad 16 hingga 18 Masehi.
3. Situs Sejarah
Situs sejarah merupakan daearah di mana ditemukan benda-benda purbakala. Benda-benda purbakala yang bersejarah tersebut diantaranya: istana-istana, makam, masjid dan candi.
SUMBER SEJARAH
Berasal dari sumber Cina karena tidak ditemukan prasasti. Musafir Cina I-Tsing (671-695 M) menyatakan bahwa pada abad ke-7 M secara politik Kerajaan Melayu dimasukkan ke dalam Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Melayu yang dimaksud adalah kerajaan yang pernah beridiri di kawasan Melayu, baik di Indoensia maupun di luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina dan Brunai. Kerajaan-kerajaan tersebut menggunakan dan mengembangkan kebudayaan Melayu di kawasan mereka. Ringkasnya, mereka menjadikan kebudayaan Melayu sebagai identitas budaya, ekonomi, sosial dan politik. Rentang masa yang cukup panjang, dan cakupan wilayah yang luas menjadikan kerajaan-kerajaan tersebut memiliki kekhasan tersendiri, walaupun mereka disatukan oleh satu rumpun kebudayaan yang sama, yaitu kebudayaan Melayu.
2. Naskah Sejarah
Naskah merupakan peninggalan tertulis yang menceritakan tentang hal-ihwal suatu masa tertentu di masa lalu. Naskah sejarah dalam yang dimaksud, dibagi dalam dua kategori yaitu prasasti dan manuskrip. Di antara prasasti yang telah di temukan adalah Batu Bersurat, Kedukaan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur dan Karang Berahi, peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Sementara manuskrip yang ada, berkaitan dengan agama, adat, hikayat, silsilah, pengobatan dan sejarah itu sendiri, dan merupakan peninggalan tokoh-tokoh zaman dahulu, sebagian besar antara abad 16 hingga 18 Masehi.
3. Situs Sejarah
Situs sejarah merupakan daearah di mana ditemukan benda-benda purbakala. Benda-benda purbakala yang bersejarah tersebut diantaranya: istana-istana, makam, masjid dan candi.
SUMBER SEJARAH
Berasal dari sumber Cina karena tidak ditemukan prasasti. Musafir Cina I-Tsing (671-695 M) menyatakan bahwa pada abad ke-7 M secara politik Kerajaan Melayu dimasukkan ke dalam Kerajaan Sriwijaya.
Sumber berita berdirinya Kerajaan Melayu
antara lain :
1.
Berasal dari kronik Dinasti Tang,
2.
Berasal dari kronik I-Tsing
3.
Dan berasal dari beberapa prasasti
Kehidupan Masyarakat
~ Kehidupan Ekonomi
Karena letaknya strategis di jalur pelayaran dan perdagangan, Sriwijaya adalah Kerajaan Maritim yang kegiatan ekonominya bertumpu dalam bidang perdagangan.
~ Kehidupan Budaya
Merupakan pusat agama Buddha di luar India.
Karena letaknya strategis di jalur pelayaran dan perdagangan, Sriwijaya adalah Kerajaan Maritim yang kegiatan ekonominya bertumpu dalam bidang perdagangan.
~ Kehidupan Budaya
Merupakan pusat agama Buddha di luar India.
~
Kehidupan sosial
Masyarakatnya meningkat dengan pesat terutama dalam bidang pendidikan dan hasilnya Sriwijaya terbukti menjadi pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha di Asia Tenggara. Hal ini sesuai dengan berita I-Tshing pada abad ke 8 bahwa di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha di bawah bimbingan pendeta Budha terkenal yaitu Sakyakirti.Di samping itu juga pemuda-pemuda Sriwijaya juga mempelajari agama Budha dan ilmu lainnya di India, hal ini tertera dalam prasasti Nalanda. Dari prasasti ini diketahui pula raja Sriwijaya yaitu Balaputra Dewa mempunyai hubungan erat dengan raja Dewa Paladewa (India). Raja ini memberi sebidang tanah untuk asrama pelajar dari Sriwijaya. Sebagai penganut agama yang taat maka raja Sriwijaya juga memperhatikan kelestarian lingkungannya (seperti yang tertera dalam Prasasti Talang Tuo) dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Dengan demikian kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Sriwijaya sangat baik dan makmur, dalam hal ini tentunya juga diikuti oleh kemajuan dalam bidang kebudayaan. Kemajuan dalam bidang budaya sampai sekarang dapat diketahui melalui peninggalanpeninggalan suci seperti stupa, candi atau patung/arca Budha seperti ditemukan di Jambi, Muaratakus, dan Gunung Tua (Padang Lawas) serta di Bukit Siguntang (Palembang).Kebesaran dan kejayaan Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran dan keruntuhan akibat serangan dari kerajaan lain.
Masyarakatnya meningkat dengan pesat terutama dalam bidang pendidikan dan hasilnya Sriwijaya terbukti menjadi pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha di Asia Tenggara. Hal ini sesuai dengan berita I-Tshing pada abad ke 8 bahwa di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha di bawah bimbingan pendeta Budha terkenal yaitu Sakyakirti.Di samping itu juga pemuda-pemuda Sriwijaya juga mempelajari agama Budha dan ilmu lainnya di India, hal ini tertera dalam prasasti Nalanda. Dari prasasti ini diketahui pula raja Sriwijaya yaitu Balaputra Dewa mempunyai hubungan erat dengan raja Dewa Paladewa (India). Raja ini memberi sebidang tanah untuk asrama pelajar dari Sriwijaya. Sebagai penganut agama yang taat maka raja Sriwijaya juga memperhatikan kelestarian lingkungannya (seperti yang tertera dalam Prasasti Talang Tuo) dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Dengan demikian kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Sriwijaya sangat baik dan makmur, dalam hal ini tentunya juga diikuti oleh kemajuan dalam bidang kebudayaan. Kemajuan dalam bidang budaya sampai sekarang dapat diketahui melalui peninggalanpeninggalan suci seperti stupa, candi atau patung/arca Budha seperti ditemukan di Jambi, Muaratakus, dan Gunung Tua (Padang Lawas) serta di Bukit Siguntang (Palembang).Kebesaran dan kejayaan Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran dan keruntuhan akibat serangan dari kerajaan lain.
~
Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik. Raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga, dengan pusat kerajaannya ada 2 pendapat yaitu pendapat pertama yang menyebutkan pusat Sriwijaya di Palembang karena daerah tersebut banyak ditemukan prasasti Sriwijaya dan adanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan.
Sedangkan pendapat kedua letak Sriwijaya di Minangatamwan yaitu daerah pertemuan sungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan yang diperkirakan daerah Binaga yaitu terletak di Jambi yang juga strategis untuk perdagangan. Dari dua pendapat tersebut, maka oleh ahli menyimpulkan bahwa pada mulanya Sriwijaya berpusat di Palembang. Kemudian dipindahkan ke Minangatamwan.
Untuk selanjutnya Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui keberhasilan politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya untuk perdagangan. Hal ini sesuai dengan prasasti yang ditemukan Lampung, Bangka, dan Ligor. Bahkan melalui benteng I-tshing bahwa Kedah di pulau Penang juga dikuasai Sriwijaya.
Dengan demikian Sriwijaya bukan lagi sebagai negara senusa atau satu pulau, tetapi sudah merupakan negara antar nusa karena penguasaannya atas beberapa pulau. Bahkan ada yang berpendapat Sriwijaya adalah negara kesatuan pertama. Karena kekuasaannya luas dan berperan sebagai negara besar di Asia Tenggara. Kehidupan EkonomiKerajaan Sriwijaya memiliki letak yang strategis di jalur pelayaran dan perdagangan Internasional Asia Tenggara. Dengan letak yang strategis tersebut maka Sriwijaya berkembang menjadi pusat perdagangan dan menjadi Pelabuhan Transito sehingga dapat menimbun barang dari dalam maupun luar.Dengan demikian kedudukan Sriwijaya dalam perdagangan internasional sangat baik. Hal ini juga didukung oleh pemerintahan raja yang cakap dan bijaksana seperti Balaputradewa. Pada masanya Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat yang mampu menjamin keamanan di jalurjalur pelayaran yang menuju Sriwijaya, sehingga banyak pedagang dari luar yang singgah dan berdagang di wilayah kekuasaan Sriwijaya tersebut.
Dengan adanya pedagang-pedagang dari luar yang singgah maka penghasilan Sriwijaya meningkat dengan pesat. Peningkatan diperoleh dari pembayaran upeti, pajak maupun keuntungan dari hasil perdagangan dengan demikian Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan yang besar dan makmur.
Kehidupan sosial
Dalam kehidupan politik. Raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga, dengan pusat kerajaannya ada 2 pendapat yaitu pendapat pertama yang menyebutkan pusat Sriwijaya di Palembang karena daerah tersebut banyak ditemukan prasasti Sriwijaya dan adanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan.
Sedangkan pendapat kedua letak Sriwijaya di Minangatamwan yaitu daerah pertemuan sungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan yang diperkirakan daerah Binaga yaitu terletak di Jambi yang juga strategis untuk perdagangan. Dari dua pendapat tersebut, maka oleh ahli menyimpulkan bahwa pada mulanya Sriwijaya berpusat di Palembang. Kemudian dipindahkan ke Minangatamwan.
Untuk selanjutnya Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui keberhasilan politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya untuk perdagangan. Hal ini sesuai dengan prasasti yang ditemukan Lampung, Bangka, dan Ligor. Bahkan melalui benteng I-tshing bahwa Kedah di pulau Penang juga dikuasai Sriwijaya.
Dengan demikian Sriwijaya bukan lagi sebagai negara senusa atau satu pulau, tetapi sudah merupakan negara antar nusa karena penguasaannya atas beberapa pulau. Bahkan ada yang berpendapat Sriwijaya adalah negara kesatuan pertama. Karena kekuasaannya luas dan berperan sebagai negara besar di Asia Tenggara. Kehidupan EkonomiKerajaan Sriwijaya memiliki letak yang strategis di jalur pelayaran dan perdagangan Internasional Asia Tenggara. Dengan letak yang strategis tersebut maka Sriwijaya berkembang menjadi pusat perdagangan dan menjadi Pelabuhan Transito sehingga dapat menimbun barang dari dalam maupun luar.Dengan demikian kedudukan Sriwijaya dalam perdagangan internasional sangat baik. Hal ini juga didukung oleh pemerintahan raja yang cakap dan bijaksana seperti Balaputradewa. Pada masanya Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat yang mampu menjamin keamanan di jalurjalur pelayaran yang menuju Sriwijaya, sehingga banyak pedagang dari luar yang singgah dan berdagang di wilayah kekuasaan Sriwijaya tersebut.
Dengan adanya pedagang-pedagang dari luar yang singgah maka penghasilan Sriwijaya meningkat dengan pesat. Peningkatan diperoleh dari pembayaran upeti, pajak maupun keuntungan dari hasil perdagangan dengan demikian Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan yang besar dan makmur.
Kehidupan sosial
Penyebab Runtuh Nya Kerajaan Melayu
₪ Faktor
Politis
Kedudukan kerajaan ini makin terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam bidang perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara yang menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Dan Kerajaan Singasari di daerah timur yang dipimpin oleh Raja Kertanegara dengan mengirim ekspedisi ke arah barat (Ekspedisi Pamalayu) yang mengadakan pendudukan terhadap Kerajaan Melayu, Pahang, dan Kalimantan, sehingga mengakibatkan kedudukan Sriwijaya makin terdesak.
₪ Faktor Ekonomi
Aktivitas perdagangan berkurang karena daerah strategis perdagangan yng dikuasai Sriwijaya jatuh ke kekuasaan raja-raja di sekitarnya. Sehingga sejak akhir abad ke-13 Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil & lemah akhirnya dihancurkan oleh kerajaan Majapahit tahun 1377 M.
Kedudukan kerajaan ini makin terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam bidang perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara yang menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Dan Kerajaan Singasari di daerah timur yang dipimpin oleh Raja Kertanegara dengan mengirim ekspedisi ke arah barat (Ekspedisi Pamalayu) yang mengadakan pendudukan terhadap Kerajaan Melayu, Pahang, dan Kalimantan, sehingga mengakibatkan kedudukan Sriwijaya makin terdesak.
₪ Faktor Ekonomi
Aktivitas perdagangan berkurang karena daerah strategis perdagangan yng dikuasai Sriwijaya jatuh ke kekuasaan raja-raja di sekitarnya. Sehingga sejak akhir abad ke-13 Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil & lemah akhirnya dihancurkan oleh kerajaan Majapahit tahun 1377 M.
1.
3. Kerajaan Sriwijaya
1.
a. Penyebab Kejayaan
1) Letaknya
yang strategis di Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran dan perdagangan
internasional. Hal ini mendorong Kerajaan Sriwiijaya untuk berkembang pesat
sebagai negara maritim.
2) Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina yang melintasa Selat Malaka sehingga membawa keuntungan yang terbesar bagi Sriwijaya.
3) Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan Kerajaan Kamboja memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim (sarwajala), yang selama abad ke-6 dipegang oleh Kerajaan Funan.
2) Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina yang melintasa Selat Malaka sehingga membawa keuntungan yang terbesar bagi Sriwijaya.
3) Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan Kerajaan Kamboja memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim (sarwajala), yang selama abad ke-6 dipegang oleh Kerajaan Funan.
1.
b. Penyebab Kemunduran
1) Serangan
Raja Dharmawangsa pada tahun 990 M. Ketika itu yang berkuasa di Sriwijaya
adalah Sri Sudamani Warmadewa. Walaupun serangan ini tidak berhasil,
tetapi telah melemahkan Sriwijaya.
2) Serangan dari Kerajaan Colamandala yang diperintah oleh Raja Rajendracoladewa pada tahun 1023 dan 1030. Serangan ini ditujukan ke Semenanjung Malaka dan berhasil menawan raja Sriwijaya. Serangan ketiga dilakukan pada tahun 1068 M dilakukan oleh Wirarajendra, cucu Rajendracoladewa.
3) Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275-1292, yang diterima dengan baik oleh Raja Melayu (Jambi),, Mauliwarmadewa, semakin melemahkan kedudukan Sriwijaya.
4) Kedudukan Kerajaan Sriwijaya makin terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam dunia perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara. Kerajaan Siam memperluas kekuasaanya ke arah selatan dengan menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka.
5) Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam yang mengakibatkan kegiatan pelayaran perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang.
6) Dari daerah timur, Kerajaan Sriwijaya terdesak oleh perkembangan Kerajaan Singasari yang pada waktu itu diperintah oleh Raja Kertanegara.
7) Para pedagang yang melakukan aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang, karena daerah-daerah strategis yang pernah dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya telah jatuh ke kekuasaan raja-raja sekitarnya.
8) Serangan Kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah Mahapatih Gajah Mada pada tahun 1477 yang mengakibatkan Sriwijaya menjadi taklukan Majapahit.
9) Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudera Pasai yang mengambil alih posisi Sriwijaya.
2) Serangan dari Kerajaan Colamandala yang diperintah oleh Raja Rajendracoladewa pada tahun 1023 dan 1030. Serangan ini ditujukan ke Semenanjung Malaka dan berhasil menawan raja Sriwijaya. Serangan ketiga dilakukan pada tahun 1068 M dilakukan oleh Wirarajendra, cucu Rajendracoladewa.
3) Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275-1292, yang diterima dengan baik oleh Raja Melayu (Jambi),, Mauliwarmadewa, semakin melemahkan kedudukan Sriwijaya.
4) Kedudukan Kerajaan Sriwijaya makin terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam dunia perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara. Kerajaan Siam memperluas kekuasaanya ke arah selatan dengan menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka.
5) Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam yang mengakibatkan kegiatan pelayaran perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang.
6) Dari daerah timur, Kerajaan Sriwijaya terdesak oleh perkembangan Kerajaan Singasari yang pada waktu itu diperintah oleh Raja Kertanegara.
7) Para pedagang yang melakukan aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang, karena daerah-daerah strategis yang pernah dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya telah jatuh ke kekuasaan raja-raja sekitarnya.
8) Serangan Kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah Mahapatih Gajah Mada pada tahun 1477 yang mengakibatkan Sriwijaya menjadi taklukan Majapahit.
9) Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudera Pasai yang mengambil alih posisi Sriwijaya.
G. MAJAPAHIT
Raden Wijaya adalah anak dari Rakeyan Jayadarma, raja ke 26
dari Kerajaan Sunda Galuh , dan Dyah Lembu Tal, seorang putri Singhasari.Dyah
Lembu Tal / Dyah Singhamurti
Ken Arok, raja pertama (1222-1227) Singhasari menikahi Ken Dedes, dan memiliki anak: Mahesa Wong Ateleng. Lalu ia memiliki anak: Mahesa Cempaka yang bergelar Narasinghamurti. Kemudian memiliki putri: Dyah Lembu Tal diberi gelar Dyah Singhamurti.Rakeyan Jayadarma
Ia adalah raja ke-26 Kerajaan Sunda Galuh, anak dari Prabu Guru Dharmasiksa, raja ke-25 dari Kerajaan Sunda Galuh.
Setelah Rakeyan Jayadarma diracun oleh salah seorang bawahannya, dan tewas, Dyah Lembu Tal kembali ke Singhasari bersama Raden Wijaya. Raden Wijaya seharusnya menjadi raja ke 27 Kerajaan Sunda Galuh. Sebaliknya, ia mendirikan Majapahit di tahun 1293, setelah tewasnya raja Kertanegara, raja Singhasari terakhir, yang merupakan mertuanya, dan juga sepupu ibunya.
Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut sebagai Jaka Susuruh dari Pajajaran. Ia dibesarkan di lingkungan kerajaan Singhasari.
Keluarga
Raden Wijaya kemudian menikah dengan empat puteri dari raja Kertanagara, yaitu: Tribuaneswari (Sri Parameswari Dyah Dewi Tribuaneswari), Narendraduhita (Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita), Pradnya Paramita (Sri Jayendra Dyah Dewi Pradnya Paramita), Gayatri (Sri Jayendra Dyah Dewi Gayatri) dan juga menikahi Dara Petak yang merupakan putri dari Raja Mauliwarmadewa dari Kerajaan Dharmasraya
Dalam pernikahannya dengan kelima putri tersebut, hanya Dara Petak dan Gayatri yang memberikan keturunan. Dara petak melahirkan seorang putra, yaitu Kalagemet atau yang dikenal dengan Sri Jayanegara. Sedangkan Gayatri melahirkan dua*orang putri yaitu: Sri Gitarja dan Dyah Wiyat
Berdirinya Kerajaan Majapahit
Pada tahun 1289, Kubilai Khan (Kekaisaran Mongol) mengirim utusan ke Singasari untuk meminta upeti, namun ditolak dan dipermalukan oleh Kertanagara. Sementara itu, di dalam negeri, Jayakatwang memberontak terhadap Singasari. Kertanagara meninggal dalam serangan Jayakatwang pada tahun 1292. Raden Wijaya berhasil melarikan diri bersama Aria Wiraraja ke Sumenep (Madura) dan di sana ia merencanakan strategi untuk mendirikan kerajaan baru.
Atas Anjuran Arya Wiraraja, Raden Wijaya berpura-pura tunduk kepada Jayakatwang, sambil meminta sedikit daerah untuk tempat berdiam. Jayakatwang yang tidak berprasangka apa-apa mengabulkan permintaan Raden Wijaya. Sang Raden diijinkan membuka hutan Tarik. Dengan bantuan sisa-sisa tentaranya dan pasukan Madura, ia membersihkan hutan itu sehingga layak ditempati. Pada saat saat itu, seorang tentara yang haus mencoba memakan buah Maja yang banyak terdapat pada tempat itu dan menemukan bahwa ternyata rasanya pahit. Sejak itu, daerah tersebut diberi nama "Majapahit".
Pada bulan November 1292, pasukan Mongol mendarat di Tuban dengan tujuan membalas perlakuan Kertanagara atas utusan Mongol. Namun, Kertanegara telah meninggal. Raden Wijaya memanfaatkan bersekutu dengan Mongol untuk menyerang Singhasari yang kini dikuasai Jayakatwang. Setelah kekuatan Jayakatwang dihancurkan, tahun 1293 Raden Wijaya balik menyerang pasukan Mongol, dan akhirnya Mongol meninggalkan tanah Jawa. Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit bergelar Kertarajasa Jayawardhana, yang pusat istananya di daerah Trowulan (sekarang di wilayah Kabupaten Mojokerto).
Masa kekuasaan Raden Wijaya
Raden Wijaya dikenal memerintah tegas dan bijak. Aria Wiraraja yang banyak berjasa ikut mendirikan Majapahit, diberi daerah status khusus (Madura) dan diberi wilayah otonom di Lumajang hingga Blambangan. Nambi (putera Arya Wiraraja) diangkat menjadi patih (perdana menteri), Ranggalawe diangkat sebagai Adipati Tuban, dan Sora menjadi penguasa Dhaha (Kadiri). Dijadikannya Nambi sebagai patih membuat Ranggalawe tidak puas, karena ia merasa lebih berhak. Tahun 1295 Ranggalawe mengadakan pemberontakan, namun dapat dipadamkan.
Raden Wijaya digantikan oleh puteranya, Jayanagara.
Ken Arok, raja pertama (1222-1227) Singhasari menikahi Ken Dedes, dan memiliki anak: Mahesa Wong Ateleng. Lalu ia memiliki anak: Mahesa Cempaka yang bergelar Narasinghamurti. Kemudian memiliki putri: Dyah Lembu Tal diberi gelar Dyah Singhamurti.Rakeyan Jayadarma
Ia adalah raja ke-26 Kerajaan Sunda Galuh, anak dari Prabu Guru Dharmasiksa, raja ke-25 dari Kerajaan Sunda Galuh.
Setelah Rakeyan Jayadarma diracun oleh salah seorang bawahannya, dan tewas, Dyah Lembu Tal kembali ke Singhasari bersama Raden Wijaya. Raden Wijaya seharusnya menjadi raja ke 27 Kerajaan Sunda Galuh. Sebaliknya, ia mendirikan Majapahit di tahun 1293, setelah tewasnya raja Kertanegara, raja Singhasari terakhir, yang merupakan mertuanya, dan juga sepupu ibunya.
Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut sebagai Jaka Susuruh dari Pajajaran. Ia dibesarkan di lingkungan kerajaan Singhasari.
Keluarga
Raden Wijaya kemudian menikah dengan empat puteri dari raja Kertanagara, yaitu: Tribuaneswari (Sri Parameswari Dyah Dewi Tribuaneswari), Narendraduhita (Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita), Pradnya Paramita (Sri Jayendra Dyah Dewi Pradnya Paramita), Gayatri (Sri Jayendra Dyah Dewi Gayatri) dan juga menikahi Dara Petak yang merupakan putri dari Raja Mauliwarmadewa dari Kerajaan Dharmasraya
Dalam pernikahannya dengan kelima putri tersebut, hanya Dara Petak dan Gayatri yang memberikan keturunan. Dara petak melahirkan seorang putra, yaitu Kalagemet atau yang dikenal dengan Sri Jayanegara. Sedangkan Gayatri melahirkan dua*orang putri yaitu: Sri Gitarja dan Dyah Wiyat
Berdirinya Kerajaan Majapahit
Pada tahun 1289, Kubilai Khan (Kekaisaran Mongol) mengirim utusan ke Singasari untuk meminta upeti, namun ditolak dan dipermalukan oleh Kertanagara. Sementara itu, di dalam negeri, Jayakatwang memberontak terhadap Singasari. Kertanagara meninggal dalam serangan Jayakatwang pada tahun 1292. Raden Wijaya berhasil melarikan diri bersama Aria Wiraraja ke Sumenep (Madura) dan di sana ia merencanakan strategi untuk mendirikan kerajaan baru.
Atas Anjuran Arya Wiraraja, Raden Wijaya berpura-pura tunduk kepada Jayakatwang, sambil meminta sedikit daerah untuk tempat berdiam. Jayakatwang yang tidak berprasangka apa-apa mengabulkan permintaan Raden Wijaya. Sang Raden diijinkan membuka hutan Tarik. Dengan bantuan sisa-sisa tentaranya dan pasukan Madura, ia membersihkan hutan itu sehingga layak ditempati. Pada saat saat itu, seorang tentara yang haus mencoba memakan buah Maja yang banyak terdapat pada tempat itu dan menemukan bahwa ternyata rasanya pahit. Sejak itu, daerah tersebut diberi nama "Majapahit".
Pada bulan November 1292, pasukan Mongol mendarat di Tuban dengan tujuan membalas perlakuan Kertanagara atas utusan Mongol. Namun, Kertanegara telah meninggal. Raden Wijaya memanfaatkan bersekutu dengan Mongol untuk menyerang Singhasari yang kini dikuasai Jayakatwang. Setelah kekuatan Jayakatwang dihancurkan, tahun 1293 Raden Wijaya balik menyerang pasukan Mongol, dan akhirnya Mongol meninggalkan tanah Jawa. Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit bergelar Kertarajasa Jayawardhana, yang pusat istananya di daerah Trowulan (sekarang di wilayah Kabupaten Mojokerto).
Masa kekuasaan Raden Wijaya
Raden Wijaya dikenal memerintah tegas dan bijak. Aria Wiraraja yang banyak berjasa ikut mendirikan Majapahit, diberi daerah status khusus (Madura) dan diberi wilayah otonom di Lumajang hingga Blambangan. Nambi (putera Arya Wiraraja) diangkat menjadi patih (perdana menteri), Ranggalawe diangkat sebagai Adipati Tuban, dan Sora menjadi penguasa Dhaha (Kadiri). Dijadikannya Nambi sebagai patih membuat Ranggalawe tidak puas, karena ia merasa lebih berhak. Tahun 1295 Ranggalawe mengadakan pemberontakan, namun dapat dipadamkan.
Raden Wijaya digantikan oleh puteranya, Jayanagara.
Kerajaan Majapahit Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya
yang bergelar Kertarajasa Jayawardana yang merupakan keturunan Ken Arok raja
Singosari.
Raja-Raja yang pernah memerintah Kerajaan Majapahit:
1. Raden Wijaya 1273 – 1309
2. Jayanegara 1309-1328
3. Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350
4. Hayam Wuruk 1350-1389
5. Wikramawardana 1389-1429
6. Kertabhumi 1429-1478
Kerajaan Majapahit ini mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389). Kebesaran kerajaan ditunjang oleh pertanian sudah teratur, perdagangan lancar dan maju, memiliki armada angkutan laut yang kuat serta dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada.
Di bawah patih Gajah Mada Majapahit banyak menaklukkan daerah lain. Dengan semangat persatuan yang dimilikinya, dan membuatkan Sumpah Palapa yang berbunyi “Ia tidak akan makan buah palapa sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah Nusantara”.
Mpu Prapanca dalam bukunya Negara Kertagama menceritakan tentang zaman gemilang kerajaan di masa Hayam Wuruk dan juga silsilah raja sebelumnya tahun 1364 Gajah Mada meninggal disusun oleh Hayam Wuruk di tahun 1389 dan kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran.
Penyebab kemunduran:
Majapahit kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan daerah bawahan mulai melepaskan diri.
Peninggalan kerajaan Majapahit:
Bangunan: Candi Panataran, Sawentar, Tiga Wangi, Muara Takus
Kitab: Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca, Sitosoma oleh Mpu Tantular yang memuat slogan Bhinneka Tunggal Ika.
Paraton Kidung Sundayana dan Sorandaka R Wijaya Mendapat Wangsit Mendirikan Kerajaan Majapahit.
Raja-Raja yang pernah memerintah Kerajaan Majapahit:
1. Raden Wijaya 1273 – 1309
2. Jayanegara 1309-1328
3. Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350
4. Hayam Wuruk 1350-1389
5. Wikramawardana 1389-1429
6. Kertabhumi 1429-1478
Kerajaan Majapahit ini mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389). Kebesaran kerajaan ditunjang oleh pertanian sudah teratur, perdagangan lancar dan maju, memiliki armada angkutan laut yang kuat serta dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada.
Di bawah patih Gajah Mada Majapahit banyak menaklukkan daerah lain. Dengan semangat persatuan yang dimilikinya, dan membuatkan Sumpah Palapa yang berbunyi “Ia tidak akan makan buah palapa sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah Nusantara”.
Mpu Prapanca dalam bukunya Negara Kertagama menceritakan tentang zaman gemilang kerajaan di masa Hayam Wuruk dan juga silsilah raja sebelumnya tahun 1364 Gajah Mada meninggal disusun oleh Hayam Wuruk di tahun 1389 dan kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran.
Penyebab kemunduran:
Majapahit kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan daerah bawahan mulai melepaskan diri.
Peninggalan kerajaan Majapahit:
Bangunan: Candi Panataran, Sawentar, Tiga Wangi, Muara Takus
Kitab: Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca, Sitosoma oleh Mpu Tantular yang memuat slogan Bhinneka Tunggal Ika.
Paraton Kidung Sundayana dan Sorandaka R Wijaya Mendapat Wangsit Mendirikan Kerajaan Majapahit.
H.
PAJAJARAN
nama Pakuan Pajajaran menjadi populer sebagai
nama kerajaan. Awal “berdirinya” Pajajaran dihitung pada tahun Sri Baduga
Maharaha berkuasa, yakni tahun 1482.
Sumber Sejarah
Dari catatan-catatan sejarah yang ada, baik dari prasasti, naskah kuno, maupun catatan bangsa asing, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai wilayah kerajaan dan ibukota Pakuan Pajajaran. Mengenai raja-raja Kerajaan Sunda yang memerintah dari ibukota Pakuan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.
Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti:
• Prasasti Batu Tulis, Bogor
• Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
• Prasasti Kawali, Ciamis
• Prasasti Rakyan Juru Pangambat
• Prasasti Horren
• Prasasti Astanagede
• Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
• Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor
• Kitab cerita Kidung Sundayana dan Cerita Parahyangan
• Berita asing dari Tome Pires (1513) dan Pigafetta (1522)
Segi Geografis Kerajaan Pajajaran
Terletak di Parahyangan (Sunda). Pakuan sebagai ibukota Sunda dicacat oleh Tom Peres (1513 M) di dalam “The Suma Oriantal”, ia menyebutkan bahwa ibukota Kerajaan Sunda disebut Dayo (dayeuh) itu terletak sejauh sejauh dua hari perjalanan dari Kalapa (Jakarta).
Kondisi Keseluruhan Kerajaan pajajaran (Kondisi POLISOSBUD), yaitu Kondisi Politik (Politik-Pemerintahan)
Kerajaan Pajajaran terletak di Jawa Barat, yang berkembang pada abad ke 8-16. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Pajajaran, antara lain :
Daftar raja Pajajaran
• Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)
• Surawisesa (1521 – 1535), bertahta di Pakuan
• Ratu Dewata (1535 – 1543), bertahta di Pakuan
• Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta di Pakuan
• Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf
• Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari PandeglangMaharaja Jayabhupati (Haji-Ri-Sunda)
• Rahyang Niskala Wastu Kencana
• Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)
• Sri Baduga MahaRaja
• Hyang Wuni Sora
• Ratu Samian (Prabu Surawisesa)
• dan Prabu Ratu Dewata.
Puncak Kejayaan/ Keemasan Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa keemasan. Alasan ini pula yang banyak diingat dan dituturkan masyarakat Jawa Barat, seolah-olah Sri Baduga atau Siliwangi adalah Raja yang tak pernah purna, senantiasa hidup abadi dihati dan pikiran masyarakat.
Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek kehidupan. Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan.
Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Ia memperteguh (pertahanan) ibu kota, memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian (kaputren), kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur), pamingtonan (tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan
Pembangunan yang bersifat material tersebut terlacak pula didalam Prasasti Kabantenan dan Batutulis, di kisahkan para Juru Pantun dan penulis Babad, saat ini masih bisa terjejaki, namun tak kurang yang musnah termakan jaman.
Dari kedua Prasasti serta Cerita Pantun dan Kisah-kisah Babad tersebut diketahui bahwa Sri Baduga telah memerintahkan untuk membuat wilayah perdikan; membuat Talaga Maharena Wijaya; memperteguh ibu kota; membuat Kabinihajian, kesatriaan, pagelaran, pamingtonan, memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan
Puncak Kehancuran
Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan Pajajaran tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.
Kondisi Kehidupan Ekonomi
Pada umumnya masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian, terutama perladangan. Di samping itu, Pajajaran juga mengembangkan pelayaran dan perdagangan. Kerajaan Pajajaran memiliki enam pelabuhan penting, yaitu Pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk (Pamanukan)
Kondisi Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat Pajajaran dapat di golongan menjadi golongan seniman (pemain gamelan, penari, dan badut), golongan petani, golongan perdagangan, golongan yang di anggap jahat (tukang copet, tukang rampas, begal, maling, prampok, dll)
Kehidupan Budaya
Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama Hindu. Peninggalan-peninggalannya berupa kitab Cerita Parahyangan dan kitab Sangyang Siksakanda, prasasti-prasasti, dan jenis-jenis batik.
Sumber Sejarah
Dari catatan-catatan sejarah yang ada, baik dari prasasti, naskah kuno, maupun catatan bangsa asing, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai wilayah kerajaan dan ibukota Pakuan Pajajaran. Mengenai raja-raja Kerajaan Sunda yang memerintah dari ibukota Pakuan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.
Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti:
• Prasasti Batu Tulis, Bogor
• Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
• Prasasti Kawali, Ciamis
• Prasasti Rakyan Juru Pangambat
• Prasasti Horren
• Prasasti Astanagede
• Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
• Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor
• Kitab cerita Kidung Sundayana dan Cerita Parahyangan
• Berita asing dari Tome Pires (1513) dan Pigafetta (1522)
Segi Geografis Kerajaan Pajajaran
Terletak di Parahyangan (Sunda). Pakuan sebagai ibukota Sunda dicacat oleh Tom Peres (1513 M) di dalam “The Suma Oriantal”, ia menyebutkan bahwa ibukota Kerajaan Sunda disebut Dayo (dayeuh) itu terletak sejauh sejauh dua hari perjalanan dari Kalapa (Jakarta).
Kondisi Keseluruhan Kerajaan pajajaran (Kondisi POLISOSBUD), yaitu Kondisi Politik (Politik-Pemerintahan)
Kerajaan Pajajaran terletak di Jawa Barat, yang berkembang pada abad ke 8-16. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Pajajaran, antara lain :
Daftar raja Pajajaran
• Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)
• Surawisesa (1521 – 1535), bertahta di Pakuan
• Ratu Dewata (1535 – 1543), bertahta di Pakuan
• Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta di Pakuan
• Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf
• Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari PandeglangMaharaja Jayabhupati (Haji-Ri-Sunda)
• Rahyang Niskala Wastu Kencana
• Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)
• Sri Baduga MahaRaja
• Hyang Wuni Sora
• Ratu Samian (Prabu Surawisesa)
• dan Prabu Ratu Dewata.
Puncak Kejayaan/ Keemasan Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa keemasan. Alasan ini pula yang banyak diingat dan dituturkan masyarakat Jawa Barat, seolah-olah Sri Baduga atau Siliwangi adalah Raja yang tak pernah purna, senantiasa hidup abadi dihati dan pikiran masyarakat.
Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek kehidupan. Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan.
Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Ia memperteguh (pertahanan) ibu kota, memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian (kaputren), kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur), pamingtonan (tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan
Pembangunan yang bersifat material tersebut terlacak pula didalam Prasasti Kabantenan dan Batutulis, di kisahkan para Juru Pantun dan penulis Babad, saat ini masih bisa terjejaki, namun tak kurang yang musnah termakan jaman.
Dari kedua Prasasti serta Cerita Pantun dan Kisah-kisah Babad tersebut diketahui bahwa Sri Baduga telah memerintahkan untuk membuat wilayah perdikan; membuat Talaga Maharena Wijaya; memperteguh ibu kota; membuat Kabinihajian, kesatriaan, pagelaran, pamingtonan, memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan
Puncak Kehancuran
Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan Pajajaran tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.
Kondisi Kehidupan Ekonomi
Pada umumnya masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian, terutama perladangan. Di samping itu, Pajajaran juga mengembangkan pelayaran dan perdagangan. Kerajaan Pajajaran memiliki enam pelabuhan penting, yaitu Pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk (Pamanukan)
Kondisi Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat Pajajaran dapat di golongan menjadi golongan seniman (pemain gamelan, penari, dan badut), golongan petani, golongan perdagangan, golongan yang di anggap jahat (tukang copet, tukang rampas, begal, maling, prampok, dll)
Kehidupan Budaya
Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama Hindu. Peninggalan-peninggalannya berupa kitab Cerita Parahyangan dan kitab Sangyang Siksakanda, prasasti-prasasti, dan jenis-jenis batik.
0 comments:
Posting Komentar