GERAK SEJARAH
Filsafat Sejarah Spekulatif merupakan suatu perenungan
filsafat mengenai tabiat atau sifat-sifat gerak sejarah, sehingga diketahui
srtruktur dalam yang terkandung dalam proses gerak sejarah dalam
keseluruhannya. Cerita sejarah melukiskan sebagai segala sesuatu dengan
bersahaja, yaitu tidak menyebut sebab-sebab mutlak atau sebab yang pasti. Hanya
rangkaian peristiwa yang saling dihubungkan dengan menunjukkan sangkut-pautnya.
Soal obyektif-subyektif, soal serba tidak berat sebelah
adalah soal dasar dalam ilmu sejarah. Masalah pendirian, sikap, merupakan
masalah yang penting juga. Semuanya ditinjau dengan sepintas lalu saja. Titik
berat masalah ini adalah:....
terjadinya cerita-cerita sejarah serta cara
menghargainya.lmu sejarah menyelidiki arti dan tujuan sejarah, gerak sejarah,
isi, bentuk, makna tafsiran sejarah.
Apakah sejarah atau kondisi-kondisi historis merupakan
realitas objektif yang mandiri dari akal manusia, dari konsepsinya, dari
tindakan-tindakannya, Ataukah ada suau determinisme sejarah yang paripurna dan
memaksakan dirinya dari luar terhadap manusa dan manusia ini sendiri tidak
mampu mengubahnya, Ataukah manusialah yang membuat sejarah dan men gendalikan
perjalanannya, Kaum materialis mempercayai pendapat pertama. Mereka merujukkan
segala perubahan historis pada kondisi-kondisi ekonomis dan bentuk serta sarana
produksi dalam masyarakat. Lebih jauh lagi mereka menyatakan tentang adanya
determinisme historis. Pendapat yang kedua dipegangi para filosof idealis yang
menolak determinisme sejarah dan menyatakan bahwa manusialah yang menggerakkan
sejarah.
a.
Pengertian Dasar Tentang Gerak Sejarah
Sejarah adalah sejarah manusia dimana peran, penulis
sejarah, dan peminatnya hanya manusia saja. Maka manusialah yang harus dipandang
sebagai inti sejarah. Oleh sebab itu dapat dipahami apabila masalah itu
dipandang sebagai akibat daripada pendapat manusia tentang dirinya, yaitu :
- Manusia bebas menentukan nasib sendiri dengan istilah interpersional otonom.
- Manusia tidak bebas menentukan nasibnya atau manusia ditentukan oleh kekuatan diluar pribadinya. Atau disebut dengan manusia heterofaham bahwa manusia itu otonom dalam istilah filsafat disebut inderterminism dan faham heteronom disebut determinism.
Dari
dua faham itu faham heteronom atau determinism adalah faham yang tertua.
Menurut kepercayaan manusia tentang penentu nasibnya adalah :
a)
Alam sekitarnya dan segala isinya
b)
Kekuatan
c)
Tuhan
b.
Beberapa Pengertian Gerak Sejarah
1)
Hukum fatum
Pada dasarnya alam raya sama dengan
alam kecil yaitu manusia. Macro cosmos sama dengan micro cosmos. Cosmos
menunjukkan bahwa alam teratur dan di alam itu hukum alam berkuasa. Hukum yang
berlaku dalam macro dan micro cosmos yaitu alam raya dan alam manusia dikuasai
oleh nasib (kadar) yaitu suatu kekuatan gaib yang menguasai
macrocosmos-microcosmos.
Perjalanan hidup alam semesta
ditentukan oleh nasib; perjalanan matahari, bulan, bintang, manusia dan
sebagainya. Tak dapat menyimpang dari jalan yang sudah ditentukan oleh
nasib.Hukum alam yang menjadi dasar dari segala hukum cosmos ialah hukum
lingkaran atau hukum cyclus (siklus). Setiap kejadian, setiap peristiwa akan
terjadi lagi, terulang lagi. Hukum cyclus di Indonesia di sebut dengan cakra
manggilingan yang berarti bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari cakram
itu dan bahwa segala kejadian-peristiwa berlangsung dengan pasti. Cakram adalah
lambang nasib (kadar) yang berputar terus serba abadi tanpa putus.
2)
Faham Santo Augustinus
Faham fatum menjelma dalam agama
nasrani sebagai faham ketuhanan dengan sifat yang sama;
- kekuatan tunggal fatum menjadi tuhan
- serba keharusan, menurut rencana alam, menurut ketentuan fatum menjadi kehendak Tuhan
- sejarah sebagai wujud kadar menjadi sejarah sebagai wujud kehendak Ilahi.
Tujuan gerak sejarah adalah
terwujudnya kehendak Tuhan yaitu civitas dei atau kerajaan Tuhan. Masa sejarah
adalah masa percobaan, masa ujian bagi manusia. Kehendak. Tuhan harus diterima
dengan rela dan ikhlas; mnusia tidak dapat melepaskan diri dari kodrat Ilahi;.
Keharusan kodrat Ilahi menurut faham ini ditambah dengan ancaman di akhirat
masuk civitas diaboli (kerajaan iblis) atau neraka.
3)
Pendapat Ibn Khaldun
Teori Ibn khaldun berdasarkan pada
kehendak Tuhan sebagai pangkal gerak sejarah seperti Augustinus, akan tetapi
Ibn Khaldun tidak memusatkan perhatiaannya kepada akhirat. Tujuan sejarah
adalah agar manusia sadar akan perubahan-perubahan masyarakat sebagai usaha
penyempurnaan peri kehidupannya. Baginya sejarah adalah ilmu berdasarkan
kenyataan, dimana tujuan sejarah adalah agar manusia sadar akan
perubahan-perubahan masyarakat sebagai usaha penyempurnaan peri-kehidupan. Ibnu
khaldun menunjukan perubahan – perubahan yang terjadi dalam masyarakat karena
kadar Tuhan, yang terdapat didalam masyarakat adalah “naluri” untuk berubah.
Justru karena perubahan-perubahan
itu berupa revolusi, pemberontakan, pergantian adat-lembaga. Maka masyarakat
–masyarakat dan negara-negara mengalami kemajuan. Manusia dan semua
lembaga-lembaga yang diciptakan olehnya dapat maju khususnya melalui perubahan.
Nyatalah bahwa ibn khaldun dengan pasti mengemukakan perubahan sebagai
dasar-kemajuan dan itulah yang kemudian disebut dengan teori-evolusi (teori
kemajuan)yang diciptakan oleh Charles Darwin.
4)
Renaissance dan Akibatnya
Disebabkan oleh kegiatan-kegiatan
para ahli filsafat di Zaman Renaisance, pengaruh gereja mulai berkurang.
Perhatian manusia beralih dari dunia akhirat kedunia yang fana ini, kepercayaan
pada diri pribadi sendiri bertambah dalam sanubari manusia. Manusia itu sendiri
lambat laun melepaskan diri dari agama serta beranilah mereka mengembangkan
semangat-otonom. Sumber gerak Sejarah tidak dicari diluar pribadinya tetapi
dicari dalam diri sendiri.
Hubungan dengan cosmos diputuskan,
ikatan dengan Tuhan ditiadakan, manusia berdiri sendiri atau otonom. Gerak
Sejarah tidak menuju ke akhirat tetapi kearah kemajuan duniawi. Maka dalam
hidup yang seolah-olah tidak memerlukan tuhan itu lagi, timbul faham-faham baru
yang berpedoman evolusi-tak-terbatas. Faham-faham itu terkenal historical-materialisme
atau economic determinims. Faham ini menerangkan
bahwa pangkal gerak sejarah ialah ekonomi, dimana gerak sejarah ditentukan oleh
cara-cara menghasilkan barang keperluan masyarakat (produksi).
Gerak sejarah terlaksanakan dengan
pasti menuju kearah masyarakat yang tidak mengenal pertentangan kelas. Kemajuan
ilmu pengetahuan serempak dengan kemajuan filsafat dan teknik
mengakibatkan timbulnya alam pikiran baru di Eropa. Gerak sejarah dipangkalkan
pada kemajuan (evolusi) yaitu keharusan yang memaksa segala sesuatu untuk maju.
Faham historical-materialism yang disusun Karl Marx (1818-1883) dan F.
Engels (1820-1895). Jelas pula bahwa otonomi yang dibanggakan oleh manusia
abad ke-19 sebetulnya hanya pembebasan dari Tuhan dan penambatan kepada hukum
ekonomi.
5)
Tafsiran Sejarah Menurut Oswald Spengler
Dalil Oswald Spengler ialah bahwa
kehidupan sebuah kebudayaan dalam segala-galanya sama dengan kehidupan
tumbuh-tumbuhan, hewan, sama pula dengan peri kehidupan manusia. Gerak sejarah
tidak bertujuan sesuatu kecuali melahirkan, membesarkan, mengembangkan,
meruntuhkan kebudayaan. Mempelajari sejarah bertujuan untuk mengetahui tingkat
suatu kebudayaan (diagnose).
6)
Tafsiran Arnold J. Toynbee
Teori Toynbee didasarkan atas
penyelidikan 21 kebudayaan yang sempurna dan 9 kebudayaan yang kurang
sempurna. Menurut Toynbee gerak sejarah berjalan melalui tingkatan-tingkatan
seperti berikut:
- genesis of civilizations – lahirnya kebudayaan
- growth of civilizations – perkembangan kebudayaan
- decline of civilizations – keruntuhan kebudayaan
- breakdown of civilizations – kemerosotan kebudayaan
- disintegration of civilizations – kehancuran kebudayaan
- dissolution of civilizations – hilang dan lenyapnya kebudayaan
Pertumbuhan dan perkembangan suatu
kebudayaan digerakkan oleh sebagian kecil dari pemilik-pemilik kebudayaan
tersebut. Jumlah kecil tersebut menciptakan kebudayaan dan massa meniru. Tanpa
meniru yang kuat dan dapat mencipta maka suatu kebudayaan tidak dapat
berkembang
7)
Teori Pitirim Sorokin
Pitirim Sorokin adalah orang ahli
sosiologi dan tersohor karangannya. Pendapatnya berbeda dengan aliran-aliran
pendahulunya. Gerak sejarah terutama menunjukkan fluctuation from age to age
yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam, dengan ganti berganti.
Sorokin menyatakan bahwa gerak sejarah terutama menunjukkan fluctuation from
age to age yaitu naik-turun,pasang-surut, timbul-tenggelam dengan
berganti-ganti. Ia menyatakan tentang adanya cultural universe atau alam
kebudayaan dan disitu terdapat masyarakat denagan aliran-aliran kebudayaan.
Dalam ajaran yang seluas itu terdapatlah tiga corak (typus) yang tertentu yaitu
:
- ideational yaitu mengenai kerohanian, ketuhanan, keagamaan, kepercayan.
- Sensate yaitu yang serba jasmaniah, mengenai keduniawian, berpusatkan panca indra.
Perpaduan daripada ideational-sensate ialah idealistik yaitu suatu
kompromi
c.
Gerak Sejarah Maju
Ide gerak sejarah yang maju ke depan
sering dikemukakan para filsof yang cenderung mengukuhkan perbuatan manusia dan
pencapaian-pencapaiannya dalam sejarah. Mengenai asal ide kemajuan ini bisa
diacu pada pendapat-pendapat Bacon (Sahakian, 1968: 124-140) dan Descartes
(Snyder, 1955: 25-28), dua panji kebangkitan ilmiah di Barat. Pada akhir
abad ke-19 ide ini semakin tersebar luas, yaitu pada waktu terjadi polemik
antara para pengikut sastrawan dan krtiisi lama dengan sastrawan dan kritisi
baru.
Untuk mempertahankan sikap mereka,
para pengikut sastrawan dan kritisi baru terpaksa menuduh para pengikut
sastrawan dan kritisi lama bahwa mereka telah terperosok dalam khayalan
pengukuran yang keliru. Yakni pada waktu mereka memandang orang-orang yang
lebih dulu dari mereka sebagai orang-orang yang lebih kuat pikirannya. Padahal
manusia apabila ia semakin dewasa kebijakannya pun semakin matang dan orisinal,
demikian halnya kemanusiaan yang bersama perjalanan zaman semakin mengarah
kepada kemajuan. Jadi, apabila manusia yang terdahulu mempunyai kelebihan dalam
keterdahuluannya, maka manusia yang berikutnya mempunyai kelebihan dalam
kesempurnaannya.
Teori kemajuan ini kemudian tersebar
dan mempengaruhi bidang-bidang kegiatan manusia lainnya seperti politik,
sosial, seni, filsafat, dan sejarah, sehingga pada abad ke-19 kata kemajuan
memiliki berbagai makna. Di antara makna kata itu ada yang berkaitan dengan
“ide perkembangan yang memandang watak manusia sebagai hasil tertinggi proses
perkembangan itu sendiri”, dan oleh karena itu kemajuan historis juga
terkandung dalam watak itu. Makna kata ini ada pula yang berkaitan dengan
“filsafat denominasional”, di mana konsepsi kemajuan mengambil corak teori yang
integral dalam filsafat sejarah, seperti halnya yang kita dapatkan pada
beberapa filosof abad ke-19 seperti Karl Marx, Frederick Engels,
dan lain-lain, atau dalam “filsafat sosial” yang diwakili oleh Auguste Comte
dan John Stuart Mill. Kemudian pada abad ke-20, teori kemajuan
meraih berbagai dukungan dari kalangan kaum Marxis, pragmatis, dan para
penganut aliran eksperimental. Sejak awal kemunculannya, teori kemajuan erat
kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Seruan para penganut teori ini pada dasarnya
ditegakkan di atas kemajuan yang diraih kamanusiaan dalam sebagian ilmu
pengetahuan yang membuat tersingkapnya sebagian hal yang tidak diketahui
sebelumnya, dan di antara hasilnya adalah masa pencerahan dengan optimisme dan
rasa percaya terhadap masa depan yang erat berkaitan dengannya, keinginan untuk
mengendalikan alam, peremehan masa lalu dengan segala khurafatnya, dan
keinginan untuk menguasai pembuatan sejarah.
Teori kemajuan ini oleh para
pendukungnya dideskripsikan sebagai suatu proses akumulatif sepanjang masa.
Oleh karena itu orang-orang zaman modern, dengan sarana dan ilmu pengetahuan
yang mereka miliki, lebih maju ketimbang orang-orang zaman dahulu di bidang
ilmu pengetahuan dan industri. Oleh karena itu kekaguman tidak logis terhadap
orang-orang dahulu tidak mempunyai landasan, dan kekaguman itu menurut mereka
merupakan batu penghalang jalan kemajuan manusia. Dengan pandangan yang
demikian ini, kemajuan adalah filsafat optimistis yang memandang kesempurnaan
manusia sebagai hal yang tidak terbatas dan sejarah manusia bergerak maju di
mana pengetahuan manusia menjadi semakin berkembang dan sedikit demi sedikit
semakin mendekati tujuan akhir masyarakat manusia, yaitu terealisasinya
kebebasan, kesempurnaan, dan penguasaan sepenuhnya atas alam.
Dari segi lain, teori kemajuan
mendapat kritik dari para penganut relativisme historis yang memandang
teori kemajuan hanya sebagai salah satu pola organisasi sosial yang berupaya
menganalisis realitas dan mengorganisasikannya berdasarkan percobaanpercobaan
masa lalu, guna terjadinya perubahan yang lebih besar dan demi kebaikan
sebanyak mungkin anggota-anggota masyarakat. Jadi, kemajuan dalam pengertian
yang demikian ini merupakan suatu nilai moral yang lebih banyak mengandung
suatu sifat pengarahan dan perasaan tanggung jawab bersama daripada merupakan
suatu filsafat realistis tentang realitas sejarah dalam pengertiannya yang
dikenal.
d.
Gerak Sejarah Mundur
Kini kita beralih pada bentuk lani
dari konsepsi beberapa peneliti tentang gerak sejarah. Apabila sementara ahli
ada yang menganut ide gerak maju kemanusiaan ke depan, sebaliknya ada pula para
ahli yang menyatakan bahwa kemanusiaan bergerak mundur. Namun ide gerak mundur
historis ini tidak diperbincangkan banyak filosof, tidak seperti halnya dalam
kalangan awam yang di setiap masa kita masih tetap mendengarkan dari mereka
keluhan terhadap zaman dan kerinduan terhadap masa lalu, dengan kebaikan,
kejayaan, dan keutamaan yang dimilikinya. Pesimisme historis yang demikian ini
timbul, kadang-kadang, dari perasaan manusia yang merasakan kebrutalan masanya
dan runtuhnya nilai-nilai estetis dan etis dalam kalangan banyak orang. Di
antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan yang demikian itu
adalah terjadinya peperangan yang menghancurkan, sirnanya harapan atas
perdamaian dan perealisasian kemakmuran yang selalu berulang, dan sikap para
tokoh agama terhadap kritik sosial atas etika masa yang sedang berlangsung.
Walaupun terjadi kemajuan berbagai
sistem sosial yang bisa diamati, beberapa pemikir sering menyatakan
ketidakmampuan kemanusiaan untuk mencapai kemajuan yang riil. Misalnya saja
ujar Goethe: “Kini manusia menjadi lebih cerdas dan sadar, namun ia
tidak menjadi lebih berbahagia dan bermoral”. Sementara Georges Sorel
(meninggal pada tahun (1922) menentang para filosof kemajuan dan para penyusun
teori-teori perkembangan sosial politik dan memandang para tokoh yang searah
dengan Fovilles sebagai para penipu yang berkelebihan, sewaktu mereka
menyatakan bahwa menyadari terjadinya peningkatan perasaan kehormatan
manusiawi, kebebasan, dan individualitas dalam kalangan masyarakat dengan maju
dan tersebarluasnya demokrasi.
Ide kemajuan, menurut beberapa
penulis, dengan demikian merupakan ilusi yang dikemukakan sejumlah pemikir,
filosof, dan pembaharu yang berpendapat bahwa sejarah umum, yang bergerak
menurut garis horisontal, merupakan suatu “kemanusiaan” yang selalu bergerak.
Akibatnya, mereka pun mengacaukan antara pengertian-pengertian yang tidak
mempunyai indikator, seperti penguasaan rasio, kebahagiaan sejumlah besar
orang, pencerahan, kebebasan bangsa-bangsa, penguasaan alam, perdamaian yang
abadi, dan ilusiilusi lain-lainnya. Dalam hal ini mereka terdorong di belakang
optimisme naif yang tidak dikuatkan oleh pengalaman sejarah: “Maka mereka pun
mempunyai gambaran bahwa kemanusiaan bergerak secara terus-menerus ke arah
suatu tujuan tertentu. Gambaran ini bukannya mereka terima karena adanya bukti
ilmiah, tapi karena mereka mengharapkan hal itu dan harapan cukup menjadi
bukti. Agar pandangan mereka itu mendapatkan landasan, mereka pun menciptakan
kata “kemanusiaan”, dan seakan kemanusiaan merupakan sesuatu yang hakiki,
maujud, hidup di luar”. Walau demikian kemanusiaan merupakan kata yang abstrak.
Sebab, seperti dikatakan Goethe, dalam hari-hari yang telah lalu yang ada
hanialah manusia. dan yang akan ada juga hanya manusia. Jadi, kata kemanusiaan
itu ada kalanya mengandung makna species hewan dan ada kalanya tidak sama
sekali mengandung suatu makna, baik apakah makna tujuan, perencanaan, atau
upaya seperti dikemukakan para pendukung ide kemajuan.
Kaum pesimis ini sendiri, yang
menganut ide gerak sejarah yang mundur ke belakang, apabila tidak mengajak
massa untuk mengadakan revolusi yang keras, hampir tidak merefleksikan suatu
garis pikiran yang gamblang dalam kalangan para sejarawan kebudayaan, karena
sedikit sekali para filosof sejarah yang mengambil pendapat itu. Menurut
pendapat paling ekstrem dari kaum pesimis ini, kebudayaan-kebudayaan mempunyai daur
historis, yakni kebudayaan itu lahir, tumbuh, berkembang dan mati, seperti
halnya makhluk hidup, untuk digantikan atau tidak setelahnya, oleh kebudayaan
lainnya, seperti akan diuraikan nanti. Tampak bahwa sejarah – dalam perasaan
manusia modern – telah menjadi suatu alam yang berjalin dan kompleks, yang
membuat manusia tidak mampu memahami rinci-rinci dan bagian-bagiannya yang
tersusun dalam satu pola yang bermakna. Menurut sejumlah penulis modern
mengenai hal itu, rinci-rinci sejarah itu tidak menyajikan kepada kita kunci
rasional apa pun yang membuat kita mampu memahami gerak sejarah. “Ia hanialah
serangkaian perubahan-perubahan cepat yang tidak tergambarkan. Apalagi
sejarahnya sendirilah yang tidak lagi membawa suatu misi ontologis yang
bermakna: adakalanya ia tidak sama sekali mempunyai tujuan dan adakalanya
mempunyai tujuan yang beraneka namun tidak ada satu pun yang memberi perasaan
bermakna terhadap landasan harapan dan nilai-nilai manusiawi.
Pesimisme dalam memahami sejarah
yang demikian itu, meski pada substansinya mengandung penghancur konsepsi
kemajuan seperti yang dikenal, tidak menyatakan secara terang-terangan gerak
sejarah yang mundur ke belakang, sebab ia mengungkapkan tentang sirnanya
keyakinan atas keintegrala n rasio manusia, kesempurnaannya, dan kemampuannya
untuk berhasil, mengaktualisasikan diri, dan berkembang, yaitu keyakinan yang
begitu besar daya tarik dan pengaruhnya selama abad-abad pertama zaman modern.
Oleh karena itu, masih banyak penulis modern yang menganut ide kemajuan, meski
ide itu sendiri mendapat banyak kritikan dan meski sejumlah filosof merasa
bahwa kebudayaan manusia modern hampir di ambang kehancuran.
Sebagai penutup uraian ringkas
tentang ide gerak sejarah yang mundur ke belakang menuju ke hancuran, seperti
dikemukakan sejumlah pengkaji, dapat dinyatakan bahwa seorang peneliti yang
jujur tidaklah bisa membatasi perjalanan tertentu dari kebudayaan: bahwa ia
bergerak maju ke depan atau mundur ke belakang. In i karena setiap kebudayaan
mengalami kemajuan atau kemunduran, sebab itu masa lalunya tidak selalu bisa
menjadi indikator masa depannya dan penguasaan intelektualnya terhadap alam pun
tidak selalu menunjukkan kemajuannya yang menyeluruh. Untuk itu, perbincangan
tentang masalah ini tidak akan diperpanjang lagi dan kini kita beralih pada
sebuah pola lain dari gerak sejarah, seperti dikemukakan para penulis modern.
e.
Gerak Sejarah Daur Kultural
Teori daur kultural adalah salah
satu teori para pengasas filsafat kontemplatif sejarah, dimana konsepsi mereka
tentang gerak sejarah biasanya tidak lepas dari upaya untuk menyingkapkan pola
dan watak ritmenya. Di samping kelompok-kelompok yang menganut ide ge r a
k sejarah yang maju ke depan atau mundur ke belakang, seperti telah
diuraikan di muka, ada kelompok yang menyatakan bahwa sejarah mempunyai daur
kultural yang mengulang kembali dirinya sendiri dalam satu bentuk atau lainnya.
Ibn Khaldun, Vico, Spengler, dan Toynbee dipandang sebagai para tokoh
teori ini, meskipun sesama mereka tidak seiring pendapat mengenai rinci-rinci
teori ini dan dimensi-dimensi sosial, historis, dan filosofisnya.
f.
Sifat Gerak Sejarah
Teori-terori yang memberikan arah
dan tujuan kepada gerak sejarah dapat disipulkan demikian :
- Tanpa arah-tujuan
- Pelaksanaan kehendak tuhan : gerak sejarah ditentukan oleh tuhan dan menuju kearah kesempurnaan manusia menurut kehendak tuhan
- Ikhtiar, usaha dan perjuangan manusia dapat menghasilkan perubahan dalam nasib yang sudah ditentukan oleh tuhan. Maka sejarah merupakan perimbangan antara kehendak Tuhan dengan usaha manusia
- Evolusi dengan kemajuan yang tidak terbatas : gerak sejarah membawa manusia setingkat demi setingkat terus kearah kemajuan.
- Disamping gerak evolusi itu terdapat paham historical-materialism yang menentukan bahwa masyarakat tak berkelas itu adalah muara daripada gerak sejarah setelah melalui masa kapitalis
- Reaksi terhadap faham evolusi itu menghasilkan beberapa aliran baru yaitu:
- Aliran menuju ketuhanan seperti umpamanya faham A. J. Toynbee, bahwa gerak sejarah itu akan sampai kepada masa bahagia apabila manusia menerima tuhan serta kehendak tuhan sebagai dasar mutlak daripada perjuangannya
- Aliran irama gerak sejarah menurut faham Pitirim Sorokin yang menyatakan bahwa gerak sejarah tidak bertujuan apa-apa dan bahwa gerak sejarah itu hanya menunjukkan datang lenyapnya atau ganti bergantinya corak-corak: ideational sensate dan idealistic
- Aliran kemanusiaan yaitu suatu aliran yang sangat luas yang berpusatkan pendapat mutlak bahwa manusialah yang terpenting di dunia ini.
Gerak sejarah sukar ditentukan
sifatnya karena kemungkinan-kemungkinan untuk memberikan tafsiran banyak
sekali, tetapi betapa sukarnya juga untuk menentukan sifatnya nyatalah bahwa:
ü Dasar mutlak daripada gerak
sejarah adalah manusia
ü Isi gerak sejarah adalah
pengalaman kehidupan manusia
g.
Tugas Manusia dalam Sejarah atau Manusia dalam Sejarah
Manusia tidak dapat dipisahkan dari
sejarah. Manusia dan sejarah merupakan suatu dwi tunggal, manusia adalah subyek
dan obyek sejarah. Sejarah menceritakan riwayat tentang manusia, dimana riwayat
manusia diceritakan oleh manusia dan cerita itu dibaca juga dialami oleh
manusia pula.
Apabila manusia dipisahkan dari
sejarah maka ia bukan manusia lagi melainkan sejenis makhluk biasa seperti
hewan. Sejarah adalah pengalaman-pengalaman manusia dan ingatan tentang
pengalaman-pengalaman yang diceritakan. Maka peran manusia dalam sejarah adalah
bahwa ia adalah pencipta sejarah, sebagai penutur sejarah dan pembuat sejarah.
Sehingga manusia adalah sumber sejarah.
Maka dapat disimpulkan bahwa manusia
tidak dapat dilepaskan dari sejarah. Manusia berjuang terus berarti dia terus
berusaha memperbaiki taraf hidupnya. Ia terus diperkaya, diperindah,
disempurnakan. Sejarahpun terus diperluas dengan perjuangan-perjuangan baru.
Justru karena manusia menguasai warisan nenek moyang, ia dapat berjuang dengan
lebih sempurna. Dengan menguasai sejarahnya, ia dapat mencapai hasil yang
sebaik-baiknya.
Apabila hajat berjuang manusia
menjadi lemah dan terus berkurang, maka gerak sejarah mulai membeku. Akhirnya
gerak sejarah tidak tampak bergerak, berhenti dan bersifat statis. Pembekuan
gerak sejarah berarti bahwa manusia tidak mengalami perubahan-perubahan
penting. Masyarakat tetap, tak bergerak menuju perubahan yang mengakibatkan
kemajuan dan keruntuhan. Maka dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat
melepaskan diri dari sejarah. Manusia berjuang berarti bahwa ia terus berusaha
memperbaiki taraf kehidupan.
Menurut para filosof sejarah
pengikut metode kontemplatif terdapat tiga pola gerak di mana sejarah berjalan
sesuai dengannya, yaitu:
a)
Sejarah berjalan menelusuri garis lurus lewat jalan kemajuan yang mengarah ke
depan atau kemunduran yang bergerak ke belakang.
b)
Sejarah berjalan dalam daur kultural yang dilalui kemanusiaan, baik daur saling
terputus,dan dalam berbagai kebudayaan yang tidak berkesinambungan atau
daur-daur itu salingberjalin dan berulang kembali.
c)
Gerak sejarah tidak selalu mempunyai pola-pola tertentu.
Sejarah adalah sejarah manusia
dimana peran, penulis sejarah, dan peminatnya hanya manusia saja. Maka
manusialah yang harus dipandang sebagai inti sejarah. Manusia tidak dapat
dipisahkan dari sejarah. Manusia dan sejarah merupakan suatu dwi tunggal,
manusia adalah subyek dan obyek sejarah. Sejarah menceritakan riwayat tentang
manusia, dimana riwayat manusia diceritakan oleh manusia dan cerita itu dibaca
juga dialami oleh manusia pula. Apabila hajat berjuang manusia menjadi lemah
dan terus berkurang, maka gerak sejarah mulai membeku. Akhirnya gerak sejarah
tidak tampak bergerak, berhenti dan bersifat statis. Pembekuan gerak sejarah
berarti bahwa manusia tidak mengalami perubahan-perubahan penting
0 comments:
Posting Komentar