Ada Apa Dengan Indonesia
|
Haruskah kita bertanya kepada rumput yang bergoyang (para kyai dan pemuka agama) sementara mereka sendiri bingung dengan kejadian demi kejadian yang terjadi. Lantas kepada siapa lagi kita harus bertanya dan apakah kita masih percaya bahwa setelah adegan goro-goro tersebut akan datang sebuah masa tentram, aman, damai dan sejahtera?
Sejak 26 Desember 2004, bangsa Indonesia sepertinya
tidak pernah lepas dari bencana yang datang terus secara bergantian. Bencana Tsunami, meletusnya gunung merapi, gempa bumi, meluapnya lumpur di Lapindo, angin topan, tanah longsor, kapal tenggelam, hilangnya pesawat yang baru saja take off, tenggelamnya kapal , Gempa Bumi di Solok, Merapi Meletus, Gunung Lokon Meletus, Longsor di Manggarai NTT, Pesawat Garuda terbakar di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta dan masih banyak lagi kejadian lainnya di negeri ini . Lantas bencana apa lagi yang menunggu? Kita tidak tahu secara pasti, akan tetapi sepertinya alam tidak henti-hentinya memberikan peringatan kepada kita. Sadar atau tidak sadar alam adalah guru paling bijaksana dari semua kejadian.
tidak pernah lepas dari bencana yang datang terus secara bergantian. Bencana Tsunami, meletusnya gunung merapi, gempa bumi, meluapnya lumpur di Lapindo, angin topan, tanah longsor, kapal tenggelam, hilangnya pesawat yang baru saja take off, tenggelamnya kapal
Apabila kita bandingkan dengan umur manusia, umur bangsa Indonesia tidak lagi muda, akan tetapi sudah mendekati uzur. Manusia kebanyakan dianugerahi Tuhan dengan umur rata-rata 65 tahun setelah itu renta dan kemudian meninggalkan dunia dengan banyak cerita. Bangsa Indonesia yang sudah beumur 66 tahun memang bisa dikatakan sebagai bangsa yang telah renta. Tahun 1945 sampai dengan tahun 1965, bisa dikatakan sebagai tahun-tahun penuh gejolak dalam diri Indonesia muda. Masa yang penuh dengan cobaan dan tantangan.
Sementara antara tahun 1966 sampai dengan tahun 1998, atau kurang lebih 32 tahun lamanya adalah masa jaya-jayanya Indonesia dewasa (hal ini sama dengan usia produktif manusia). Selanjutnya masa sekarang, antara tahun 1999 sampai dengan 2011 merupakan masa Indonesia mulai menata hidup untuk hari tua (masa pensiun) yang penuh dengan sukacita. Masa dimana manusia bisa melihat dan merasakan hasil apa yang pernah ditanamnya sewaktu masih muda. Tetapi apakah usia Bangsa Indonesia hanya akan berumur seperti rata-rata umur manusia?. Lahir dari buah kemerdekaan, berjaya dalam pemerintahan sendiri, dan kemudian hilang ke Indonesiaan kita?. Harapan kita semua tentu seperti apa yang dicita-citakan pada pendiri bangsa ini, yaitu Indonesia yang utuh dari Sabang sampai Merauke serta mempertahankan NKRI sampai titik darah penghabisan.
Akan tetapi apa yang dilihat dan dirasakan sekarang ini tidak seperti yang kebanyakan orang harapkan dalam hidupnya, masa tua yang indah dengan segala macam fasilitas hari tua tidak pernah dirasakan. Malahan sebaliknya, justru keserakahan yang dilakukan oleh para pemimpin negeri, kesengsaraan yang semakin hari dirasakan oleh rakyat, cobaan dan musibah yang menimpa. Akankah bangsa ini akan tetap bertahan? Tetap berdiri kokoh seperti batu karang di lautan ataukah akan merangas seperti rumput ilalang?
Siapa yang salah?
Masih pantaskah saat ini kita mencari kambing hitam atas apa yang dialami bangsa Indonesia saat ini?. Mengapa bencana terus silih berganti menghantamn negeri ini? Masih pantaskah di saat seperti ini kita saling menyalahkan? Sebagai contoh dengan mendesak presiden SBY untuk mundur karena setelah SBY menjabat sebagai presiden di negeri ini berbagai macam bencana terus menimpa bangsa ini tanpa henti atau dengan mendesak presiden SBY untuk mereshufle kabinetnya karena kesalahan sang menteri yang memang tidak bisa menangani departemen yang dipimpinnya. Lantas apakah setelah dengan turunnya presiden atau dengan digantinya para menteri semua peristiwa yang akhir-akhir ini menerpa bangsa Indonesia akan berakhir?
Keadaan yang begitu memilukan bangsa ini memang menjadikan orang semakin geram dan bertanya-tanya. Banyaknya kecelakaan transportasi seperti hilangnya pesawat, kecelakaan kereta api, tenggelamnya kapal dan masih banyak lagi kecelakaan lainnya. Mengapa semua ini harus terjadi? Dan masih pantaskah kita ini saling menyalahkan? Jawaban yang pasti tentu saja bukan untuk saling menyalahkan siapa dan siapa yang bersalah, akan tetapi yang perlu dicari jawabannya adalah mengapa semua peristiwa pilu yang terjadi di negeri ini harus terjadi? Mengapa begitu hebat beban derita yang harus dirasakan oleh anak bangsa ini? Bukan ini dosa siapa, bukan ini salah siapa? akan tetapi mengapa semua ini harus terjadi?
Masih banyak alternative lain untuk mengungkapkan semua rahasia dibalik kejadian yang bertubi-tubi menghantam negeri ini. Ada dua hal yang mestinya kita sadari bersama, bahwa semua peristiwa yang menimpa bangsa ini terjadi karena banyak factor yang menyebabkannya. Yang pertama karena faktor alam yang kita tidak dapat menyalahkannya sebab semua itu sudah menjadi ketentuan dari sang pencipta. Penyebab kedua adalah karena kesalahan manusia, dan penyebab yang kedua inilah yang mestinya kita cari penyebabnya. Apakah memang karena ketentuan alam atau memang ada tangan-tangan dibalik semua peristiwa tersebut.
Bangsa Indonesia memang sedang panik, akan tetapi hendaknya kepanikan ini tidak menjadikan bangsa ini salah arah dan berubah menjadi bangsa yang cengeng. Justru sebaliknya semua bencana yang menimpa harusnya dapat dijadikan pelajara berharga bagi kelangsungan kehidupan bangsa ini ke depan. Menjadikan bangsa ini semakin dewasa untuk menghadapi semua cobaan yang menimpa.
Koreksi Diri
Rentetan bencana yang menimpa bangsa ini sepertinya tidak akan pernah berakhir. Sebab di belakang semua peristiwa tersebut masih menunggu peristiwa-peristiwa lain yang siap menghantam negeri ini. Tidak hanya dalam masalah bencana alam akan tetapi menyeluruh kedalam sendi-sendi kehidupan bangsa ini. Banyaknya hutang negara, bertambahnya angka kemiskinan, tumbuhnya banyak penyakit dalam masyarakat, bertambah maraknya KKN, dan dimana pornografi sudah dianggap sebagai kebiasaan. Satu hal yang pasti hendaknya kita semua segera koreksi diri. Ada apa yang salah dengan kita bukan saling menyalahkan satu sama lain.
Darimana kita harus memperbaiki keadaan yang serba ruwet seperti sekarang ini kalau tidak dari diri pribadi kita masing-masing warganegara bangsa ini yang masih punya hati dan nurani. Saat ini bukan masanya lagi kita memberikan peringatan kepada orang lain atau anak cucu kita tentang apa yang harus dilakukan, sebab kita sendiri masih sering membuat kesalahan, sering jarkoni (bisa memberikan petuah kepada orang lain akan tetapi kita sendiri tidak pernah peduli apalagi melakukan apa yang pernah kita sampaikan kepada orang lain).
Gundulnya hutan yang kemudian menyebabkan tanah longsor dan banjir adalah kesalahan kita sendiri. Kesalahan kita yang telah salah memperlakukan alam secara tidak adil. Tenggelamnya kapal, hilangnya pesawat terbang dan kecelakaan lalulintas adalah kesalahan manusia itu sendiri yang tidak lagi peduli dengan aturan. Jangan pernah menyalahkan alam, sebab alam hanya memberikan balasan dan hadiah kepada manusia atas apa yang diperbuat manusia kepadanya.
0 comments:
Posting Komentar